Kematian Siswi SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun Dinilai Janggal

Agung Sugiyanto menunjukan photo keponakanya semasa hidup/it
Agung Sugiyanto menunjukan photo keponakanya semasa hidup/it

Diduga meninggal tidak wajar, orang tua seorang siswi SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun, meminta aparat kepolisian untuk menyelidiki kematian putrinya. 


Taruni berinisial GP (16) kelas 10 itu dilaporkan meninggal dunia pada Rabu (12/6) lalu. GP sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong.

Ayah GP, Bagus Handono menceritakan, pihak sekolah menghubungi dirinya bahwa putrinya sakit deman dan sedang dirawat di RSUD Kota Madiun.

Usai menjalani perawatan GP diperbolehkan pulang  kerumahnya di Desa/Kecamatan desa Geneng, Kabupaten Ngawi.

“Informasi awal dari sekolah, pengasuhnya itu ngomong kalau anak saya panas kemudian dibawa ke IGD. Dari IGD kami minta lab nggak dikasih, karena infonya cuma panas. Terus saya bawa pulang,” kata Bagus dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin (24/6).

Sesampai di rumah lanjut Bagus, kondisi putrinya semakin parah. Lalu berinisiatif membawa ke puskesmas terdekat. Lantaran fasilitas kurang memadai, GP dirujuk ke Rumah Sakit Widodo Ngawi. Langsung mendapat perawatan di ruang ICU. Di ruang ICU, GP sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia. 

Atas kejadian tersebut pihak keluarga menyesalkan kenapa pihak sekolah tidak transparan dan terbuka. Menurut Bagus, informasi yang diberikan pihak sekolah sangat minim dan terkesan menutup-nutupi kesehatan anaknya saat di sekolah.

"Sebelum demam anak saya sempat ke UKS dengan keluhan sakit perut dan muntah-muntah. Muntahnya ini disampaikan guru BK-nya itu memang kondisi muntahnya lain, ada warna hijau, namun tidak disampaikan ke pihak keluarga,” ujarnya.

Bagus mengatakan, dua minggu sebelum meninggal dunia, putrinya sempat pulang ke rumah dan kondisinya baik, tidak terlihat ada gejala keluhan sakit. Berdasarkan riwayat kesehatanya juga tidak ada  penyakit organ dalam yang diderita.

“Pulang ke rumah dua minggu sebelum sakit. Nggak ada riwayat penyakit organ dalam, karena kan sebelum  masuk sekolah ada tes kesehatan,” ungkap Bagus.

Di tempat terpisah, paman GP, Agung Sugiyanto, meminta Kepolisan untuk melakukan penyelidikan atas kematian keponakannya tersebut. Keluarga merasa ada yang janggal dengan kematian GP.

Kejanggalan itu, kata Agung, orang tua GP pernah bercerita bahwa GP pernah medapatkan kekerasan di sekolah. 

“Mamanya sempat cerita, jika (GP) sempat dipukul. Kemudian mamanya ke sekolahan, dan bilang kalau diulangi lagi mau dilaporkan,” ungkapnya.

Sekedar diketahui, saat ini banyak beredar berita di media sosial bahwa kepergian GP diduga tidak wajar. Sehingga pihak keluarga meminta polisi untuk mengklarifikasi unggahan di medsos.

"Harapan kalau memang isu-isu di medsos itu kita mengharapkan pada aparat untuk melakukan penyelidikan. Kita hanya mencari kebenaran,” pintanya.

Sementara Kasat Reskrim Polres Madiun Kota AKP Sujarno mengaku telah menerima informasi tersebut. Bahkan, Kapolres Madiun Kota AKBP Agus Dwi Suryanto langsung memerintahkan Satrekrim untuk melakukan penyelidikan. 

Hasilnya, dari beberapa bukti yang didapat, GP murni meninggal akibat sakit yang dideritanya.

“Kita melangkah ke TKP, yakni rumah duka, sekolah, rumah sakit untuk mengklarifikasi kebenaran berita itu. Setelah kita klarifikasi dan rekam medis tidak ada tanda-tanda kekerasan dan murni si anak meninggal karena sakit,” terangnya.

“Itu kita sampaikan ke orang tua, dan orang tua sudah bisa menerima, mendasar rekam medis yang diberikan dokter ke keluarga juga sama hasilnya,” jelas Sujarno.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news