Kepala Kemenag: Kota Tangsel Rawan Konflik SARA

RMOLBanten. Kota Tangsel merupakan miniatur dari Indonesia yang secara demografis memiliki karakteristik heterogen. Di dalamnya memiliki banyak suku, agama, ras, dan golongan. Karenanya wajar jika Kota Tangsel masuk dalam kategori wilayah dengan kepadatan tinggi dan rawan konflik SARA.


"Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, maka potensi untuk terjadinya gesekan antara pihak-pihak yang memiliki perbedaan akan senantiasa ada. Oleh karena itu, baik Pemkot Tangsel dan Kemenag Tangsel mengoptimalkan silaturahmi, komunikasi dan pendekatan kepada tokoh agama atau tokoh masyarakat, dari umat atau golongan manapun,” katanya.

Menurutnya, untuk membangun kehidupan keberagamaan yang stabil, kondusif, toleran, dan teduh, diperlukan kerjasama dan sinergi semua pihak.

Kemenag sendiri selalu siap memfasilitasi dan mengoptimalkan peran para penyuluh dan organisasi yang ada, juga mengadakan pembinaan kepada organisasi guru di semua jenjang. Selain itu Kemenag juga bekerjasama dengan organisasi keagamaan melakukan sosialisasi atau seminar peraturan yang terkait dengan kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadah.

Sementara Kepala Kesbangpol Tangsel, Azhar Syam'un mengatakan, untuk mencegah adanya konflik harus diintensifkan komunikasi antar agama dan suku.
 Untuk menjaga itu, bukan hanya tanggungjawab Pemkot Tangsel, namun tanggungjawab masyarakat juga.

"Kota Tangsel memiliki keberagaman agama, suku dan ras. Sehingga ajang silaturahmi ini harus terus digelar secara rutin guna menjaga kerukunan dan kondusifitas di Kota Tangsel," tandasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news