Kudeta Kepemimpinan Demokrat, AHY: PD Mau Dijadikan Kendaraan Capres 2024

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), saat melakukan konferensi pers/RMOLJatim
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), saat melakukan konferensi pers/RMOLJatim

Rencana pengambilalihan ‘paksa’ atau kudeta kepemimpinan Partai Demokrat bertujuan untuk menjadikan partai tersebut kendaraan politik pada Pemilu 2024. 


“Ajakan dan permintaan dukungan untuk mengganti “dengan paksa” Ketum PD tersebut, dilakukan baik melalui telepon maupun pertemuan langsung. Dalam komunikasi mereka, pengambilalihan posisi Ketum PD, akan dijadikan jalan atau kendaraan bagi yang bersangkutan, sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 mendatang,” Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam press conference melalui live streaming dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin (1/2). 

Menurut AHY, para pimpinan dan kader Demokrat merasa tidak nyaman dan bahkan menolak ketika dihubungi dan diajak untuk melakukan penggantian Ketum Partai Demokrat.

AHY juga membeberkan, konsep dan rencana yang dipilih para pelaku untuk mengganti paksa Ketum PD yang sah, adalah dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB). 

“Berdasarkan penuturan saksi dalam berita acara pemeriksaan, untuk “memenuhi syarat” dilaksanakannya KLB, pelaku gerakan menargetkan 360 orang para pemegang suara, yang harus diajak dan dipengaruhi, dengan imbalan uang dalam jumlah yang besar,” jelasnya. 

Lanjutnya, para pelaku merasa yakin gerakan ini pasti sukses, karena mereka meng-klaim telah mendapatkan dukungan sejumlah petinggi negara lainnya.

“Kami masih berkeyakinan, rasanya tidak mungkin cara yang tidak beradab ini dilakukan oleh para pejabat negara, yang sangat kami hormati, dan yang juga telah mendapatkan kepercayaan rakyat. Kami berharap semua itu tidak benar. Tetapi, kesaksian dan testimoni para kader Partai Demokrat yang dihubungi dan diajak bicara oleh para pelaku gerakan tersebut, memang menyebutkan hal-hal demikian,” ungkapnya.  

Diakui AHY, sebenarnya pihaknya sudah mencium gejala ini sejak satu bulan yang lalu. Pada awalnya, Partai Demokrat menganggap persoalan ini hanyalah masalah kecil saja, urusan internal belaka. Tetapi sejak adanya laporan keterlibatan pihak eksternal dari lingkar kekuasaan yang masuk secara beruntun pada minggu yang lalu, pihaknya kemudian melakukan penyelidikan secara mendalam. 

“Awalnya, kami tidak begitu saja percaya ketika para pelapor menyebut nama tokoh,yang berencana untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat itu, mengingat posisi yang sedang ia emban saat ini dan faktor latar belakangnya. Tetapi, lebih dari 8 saksi mengatakan telah bertemu langsung dengan pejabat pemerintahan itu dan mendengar secara langsung pula rencana-rencana seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya,” urainya.

Sebelumnya AHY menyebut, 10 hari lalu, pihaknya menerima laporan dan aduan dari banyak pimpinan dan kader Partai Demokrat, baik pusat, daerah maupun cabang tentang adanya gerakan dan manuver politi koleh segelintir kader dan mantan kader Demokrat, serta melibatkan pihak luar atau eksternal partai, yang dilakukan secara sistematis.

Pelaku gerakan ini ada 5 (lima) orang, terdiri dari 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu.

Sedangkan yang non kader partai, AHY menyebut, ada seorang pejabat tinggi pemerintahan, yang sekali lagi, sedang dimintakan konfirmasi dan klarifikasi kepada Presiden Joko Widodo. 

ikuti terus update berita rmoljatim di google news