Yunani akan meminta dukungan dari organisasi pertahanan negara-negara Atlantik, NATO, atas kesepakatan militer yang diteken oleh Turki dan Libya. Demikian yang diungkapkan oleh Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, Minggu (1/12).
- Gelar Razia, Petugas Gabungan di Tuban Belum Temukan Toko Kelontog Menjual Rokok Ilegal
- Gegara Omicron, Garuda Indonesia Tunda Penerbangan Jemaah Umroh
- Upacara Hardiknas di Alun-alun Caruban, Belasan Siswa Mendadak Pingsan
Sebelumnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani perjanjian keamanan, militer, serta yuridiksi maritim dengan Kepala Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Perdana Menteri Fayed al-Sarraj yang berbasis di Tripoli.
Selain Yunani, penolakan atas kesepakatan tersebut juga disuarakan oleh Liga Arab. Sementara Utusan PBB untuk Libya, Ghassan Salame mengatakan perjanjian-perjanjian serupa justru telah meningkatkan kerusuhan di Mesir dan Siprus.
Pekan lalu, penolakan Yunani juga dibuktikan dengan pemanggilan Duta Besar Turki dan Libya di Yunani untuk meminta informasi lebih lanjut. Bahkan pada Minggu (1/12), Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Choukry di Kairo.
Ketakutan akan semakin buruknya kondisi Libya sendiri diperparah dengan adanya operasi militer yang dilakukan oleh Turki terhadap pasukan Kurdi di Suriah pada bulan lalu.
Dengan konflik yang semakin buruk, Yunani yang telah menjadi pintu gerbang ke Eropa khawatir pencari suaka akan makin berbondong-bondong mendatangi negara mereka. [mkd]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Gawat! Hotel-hotel di Surabaya Diretas Serentak
- Pamen Polisi Alami Luka Bacok saat Amankan Demo Pemuda Pancasila di DPR
- Tempo.co Diretas, Pempred Sebut Pembredelan Gaya Baru