RMOLBanten. Joko Widodo (Jokowi),calon presiden petahana, sangat mungkin meninggalkan partai pengusung utamanya, PDI Perjuangan. Ketokohan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri sudah
tidak kuat lagi menjadi magnet elektoral menjadi salah satu alasannya.
- Kepemimpinan Hari Ini Sudah Dipenuhi Manipulator Politik
- Ray Rangkuti Sebut Kalau Kaesang Tidak Bersedia Jelaskan Asal Usul Saham 92 M, Maka Presiden Harus Klarifikasi
- Dukung Sikap Pimpinan KPK Terhadap 51 Pegawai Yang Gagal TWK, Ini Tiga Tuntutan AMPI
"(Golkar, Hanura, NasDem, dan PPP) sudah cukup. Apalagi kalau PT 0 persen, maka dipastikan Jokowi bakal meninggalkan PDIP," tegasnya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (5/7).
Menurut dia, ada beberapa faktor yang bisa membuat Jokowi menjauhi PDIP.
Pertama karena ketokohan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri yang kini sudah tidak kuat lagi menjadi magnet elektoral. Buktinya, PDIP gagal mendulang banyak kemenangan di 17 daerah yang menghelat Pemilihan Kepala Daerah pada Rabu (27/6) pekan lalu. Padahal, Megawati juga ikut berkampanye demi kemenangan kadernya. Misalkan di Pilgub Jawa Barat dan Jawa Timur.
"Megawati effect sudah nggak ada lagi. Megawati nggak efektif sebagai pendongkrak ekor jas suara Jokowi (cotail effect)," jelasnya.
Yang kedua, lanjut Pangi, berkaitan kabar PDIP memaksa sosok cawapres dari kalangan mereka sendiri.
"Kecuali PDIP nggak memaksakan kehendak soal cawapres lainnya. Kali ini Jokowi juga ingin merdeka, tak mau tersandera secara politik. Dengan adanya partai Golkar, Hanura, NasDem dan PPP secara bergaining position sudah cukup kuat," pungkas pria yang akrab disapa Ipang ini. [dzk]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Istri Moeldoko Meninggal Dunia, Dimakamkan Siang Ini di Taman Makam Pahlawan Bahagia Tangsel
- Kementerian ESDM Luruskan Isu Dapat Bocoran Surat dari Pimpinan KPK
- Garuda Indonesia Didesak Akomodir Penggunaan Jilbab bagi Pramugari