Harga minyak mentah dunia terjun bebas akibat pandemik Covid-19. Harganya berkisar di angka 33 dolar AS per barel hingga 24 dolar AS per barel. Seharusnya, harga minyak dalam negeri juga ikut turun mengikuti pasar global.
- Gubernur Khofifah Lepas Ekspor Produk IKM dengan Total Nilai Rp 3,62 Miliar
- Komitmen bank bjb Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Beri Pembiayaan ke Petani
- Inklusi Keuangan bank bjb Dorong Kemandirian Ekonomi Pondok Pesantren
Ekonom senior Institute Development Economics and Finance (Indef) Dradjad Wibowo mengatakan pemerintah perlu menurunkan harga BBM lantaran ekonomi sedang porak-poranda akibat Covid-19.
“Iya harga BBM dalam negeri harus ikut turun. Apalagi kegiatan ekonomi semakin melemah sekarang,” kata ketua Dewan Pakar PAN itu dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (15/4).
Menurutnya, jika harga BBM domestik turun, akan membantu distribusi pangan untuk masyarakat. Sementara ketersediaan pangan merupakan elemen penting dalam kondisi bencana nasional.
“Pangan kan tidak bisa didistribusikan secara online melalui aplikasi. Order bisa online. Tapi fisik pangannya harus dikirim memakai truk dan alat angkur lain yang perlu BBM,” urainya.
Dengan penurunan harga BBM, diharapkan harga pangan bisa lebih murah dan masyarakat kecil yang terkena dampak Covid-19 akan tertolong.
“Jadi akan sangat menolong rakyat yang penghasilannya turun drastis. Jangan lupa, pemerintah menolak karantina wilayah. Artinya, rakyat harus beli pangan sendiri, tidak diberi negara,” katanya.
“Jadi jangan ragu turunkan harga BBM. Toh harga minyak dunia diperkirakan bakal rendah hingga akhir tahun,” tambahnya.
Sebelumnya Direktur
Institute Development Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad juga
mengatakan hal serupa.
“Seharusnya harga BBM kita sudah turun, kan tiga bulan sekali ditinjau ulang.
Jadi harus turun mengikuti perkembangan pasar. Kementerian ESDM juga seharusnya
sudah melakukan evaluasi dan mengikuti perkembangan pasar,” ujarnya.
Tauhid mengatakan selama ini harga minyak selalu mengikuti perkembangan pasar. Pasalnya, minyak Indonesia ada yang dari impor, sehingga seharusnya pemerintah melakukan penurunan harga sesuai dengan pasar global.
“Harusnya turun harga, karena patokannya di pasar global. Ini belum turun. Ini tidak fair. Pemerintah tidak konsisten dalam penetapan harga BBM. Ini sudah lewat tiga bulan, Maret. April ya harus sudah turun, kalau naik lagi ya disesuaikan,” demikian Tauhid.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Harga Telur Ayam di Jatim Naik, Paling Tinggi di Kota Blitar
- Gemerlap Hadiah Undian SIMPEDA 2022, bankjatim Capai Puncak
- Dukung Kelistrikan di NTB, PJB Teken Kontrak Jasa O&M PLTU Sambelia