Adamas Belva Syah Devara sudah mundur dari jabatan Staf khusus (Stafsus Presiden). Namun begitu, hal tersebut belum menyelesaikan masalah besar yang terjadi di Istana.
- Yenny Wahid Bakal Dijadikan Konsolidator Pendongkelan Cak Imin di PKB
- Solidaritas Pers Tanggamus Protes, Pelaku Penganiayaan Wartawan cuma Dituntut 4 Bulan
- Gibran Bagi-Bagi Susu Gratis Bersama Emil Dardak dan Hendy Setiono di Surabaya
Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (Cespels), Ubedilah Badrun menduga Program Kartu Prakerja ada aktor lain di lingkar Istana yang bermain.
"Sebab proyek akal-akalan (Kartu Prakerja) itu masih jalan terus," ucap Ubedilah Badrun dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (23/4).
Ubedilah mencermati adanya ketidakwajaran terhadap harga pelatihan online pada Kartu Prakerja yang merupakan program kebanggaan Presiden Joko Widodo.
"Jika mencermati harga pelatihan yang tidak wajar, itu ada indikasi yang tidak benar," kata Ubedilah.
Sehingga, analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menilai adanya aktor lainnya yang bermain dalam proyek Kartu Prakerja tersebut.
"Karena itu, proyek dengan penunjukan langsung tentu aktornya tidak tunggal hanya Belva, tetapi ada kemungkinan lingkaran Istana juga turut bersama-sama dengan Belva," jelasnya.
Selain itu, sambung Ubedilah, mundurnya Belva dari jabatan Stafsus Presiden juga dinilai membenarkan dugaan adanya conflict of interest dalam proyek pelatihan Kartu Prakerja.
“Jadi sebaiknya segera putus mata rantai proyek tersebut. Cara paling minimal adalah Ruangguru mundur dari proyek tersebut, dan pemerintah membuat cara baru melalui tender terbuka untuk proyek Kartu Prakerja tersebut," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- 20 TKA China Yang Datang Ternyata Masih Uji Coba, Belum Jadi Pekerja
- Cak Nun: Saya Diadu Domba dengan Megawati, Kadang-kadang dengan Habib Rizieq
- Daniel Rohi Usulkan Pemprov Jatim Siapkan Angkutan Gratis Untuk Nataru
