Dalam upaya mengamanankan masa jabatan ketiga Xi Jinping, China diduga menghapus unggahan-unggahan yang menyebabkan ketidakstabilan negara tersebut, termasuk laporan internet tentang seorang gadis Ruzhou yang tewas di tempat karantina.
- Hadiri Peringatan 74 Tahun RRT, Gubernur Khofifah Harap Kerjasama Jatim-Tiongkok Makin Meningkat
- Kata Mantan Menteri Keuangan, Perusahaan China Berani Masuk usai Soeharto Lengser
- Indonesia dan Negara-negara ASEAN Ingin Tetap Netral dalam Persaingan AS-China
Unggahan yang beredar di media sosial China minggu ini mengatakan, seorang gadis berusia 14 tahun telah meninggal dunia di pusat kota Ruzhou setelah jatuh sakit di dalam fasilitas karantina China.
“Gadis itu mengalami kejang-kejang, muntah dan demam tinggi, dan tidak sempat mendapatkan perawatan medis tepat waktu," ujar bibi dari gadis tersebut, yang dimuat CBS News pada Jumat (21/10).
Dalam video yang beredar, bibi dari gadis Ruzhou itu menangis, ia mengeluh kepada otoritas kesehatan setempat yang telah menolak panggilannya ketika anak itu berada dalam kondisi kritis.
Skandal ini telah menyebabkan banyak pembicaraan dan kemarahan publik di internet. Sebagian masyarakat China semakin mempertanyakan dan jengkel akibat kebijakan nol-Covid yang terus diberlakukan China.
China adalah negara besar terakhir yang masih berkomitmen dalam strategi anti-coronavirus tanpa toleransi dengan penguncian ketat, meskipun negara lain telah banyak mengkritik kebijakan tersebut yang dinilaii tidak tepat.
Atas hal ini, hastag untuk "Gadis Ruzhou" yang tercatat telah dibicarakan sebanyak 255 ribu tampilan dan 158 unggahan pada Jumat pagi telah dihapus oleh otoritas sensor China. Mereka telah menghapus hampir seluruh jejak insiden itu dari internet dan menonaktifkan tagar Weibo untuk "Gadis Ruzhou" dan "Gadis dari Ruzhou meninggal dalam karantina”, serta menghapus sebagian besar video yang menyebutkan dugaan kematian gadis itu.Sejauh ini, otoritas setempat belum membuka suara akibat insiden ini. Sebuah media China yang dahulu sempat memberikan perhatian sepintas pada skandal terkait penguncian serupa, tampak diam minggu ini tentang kasus gadis di Ruzhou.
Menjelang Kongres, sensor sering bekerja untuk menghapus hampir semua referensi laporan yang menyebabkan ketidakstabilan negara tersebut, termasuk protes langka di Beijing, yang melibatkan spanduk yang mencela Presiden Xi Jinping, serta kebijakan Covidnya, yang membuat orang-orang tidak memiliki makanan dan persediaan yang memadai.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- AS Ajak Nego Tarif, China Masih Pikir-pikir
- China Diam-diam Cabut Tarif Balasan 125 Persen untuk Chip AS
- Ini Penyebab Harga Emas Terus Naik