Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mengundurkan diri secara mendadak. Keputusan yang diambil Mattis itu terbilang mengejutkan, terutama bagi sekutu-sekutu Amerika Serikat
Pengunduran dirinya memicu banyak spekulasi. Di surat penggunduran dirinya, Mattis mengatakan bahwa dia tidak lagi sejalan dengan Trump dalam kebijakan pertahanan. Terutama setelah awal pekan ini, Trump secara tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan kebijakan Amerika Serikat sebelumnya dan menarik sepenuhnya pasukan Amerika Serikat dari Suriah.
- Bus Rombongan Study Tour SMP Mengalami Kecelakaan di Tol Jombang-Mojokerto, 2 Orang Tewas 15 Terluka
- Tragedi Kanjuruhan, Polri Gandeng LIB Usut Penyebab Kerusuhan
- Guru Honorer SD di Mojokerto Tersangka Korupsi Dana PNPM
Akun-akun di pers Amerika Serikat dan Turki tentang panggilan antara Trump dan Erdogan itu menunjukkan bahwa Trump memenuhi tuntutan Erdogan dan mengejutkan penasihatnya sendiri.
Menurut versi peristiwa di Associated Press, posisi Amerika Serikat dalam percakapan telepon itu adalah untuk menuntut agar Turki menghentikan serangan terencana ke Suriah yang ditujukan pada elemen-elemen Kurdi, yakni Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat. Namun bagi Turki, SDF dianggap sama dengan pemberontak Kurdi.
"Poin pembicaraan sangat tegas," kata salah satu pejabat yang dikutip oleh Associated Press.
"Semua orang mengatakan mundur dan mencoba menawarkan (Turki) sesuatu yang merupakan kemenangan kecil, mungkin memegang wilayah di perbatasan, sesuatu seperti itu," jelasnya.
Erdogan menanggapi Trump dengan mengatakan bahwa ISIS telah dikalahkan 99 persen.
"Mengapa kamu masih di sana?" kata Erdogan, menurut sumber tersebut.
Di saat itu, dengan Erdogan yang masih tersambung di telepon, Trump mengajukan pertanyaan yang sama dari penasihat keamanan nasionalnya, John Bolton, yang mengulangi kebijakan Amerika Serikat sampai saat itu, bahwa kekalahan ISIS harus dipertahankan dan dicegah agar tidak bangkit.
Namun Trump mengejutkan Bolton dengan memihak pada Erdogan.
Menurut surat kabar Turki Hurriyet, Trump menyatakan "Oke - lakukan saja," tanpa mendengar jawaban dari Bolton.
Bolton dan mitranya dari Turki, Ibrahim Kalin kemudian dibiarkan untuk membahas rinciannya.
Laporan Hurriyet mengatakan, jadwal awal penarikan pasukan Amerika Serikat dari Suriah adalah antara 30 hingga 60 hari, yang kemudian diperpanjang hingga 100 hari.
Penarikan mendadak seperti itu akan membuat SDF rentan terhadap serangan Turki.
Mengetahui hal itu, Mattis dan pejabat keamanan nasional Amerika Serikat lainnya kemudian berusaha mengubah pikiran Trump selama akhir pekan kemarin, namun hasilnya nihil.
Kabar yang sama yang dimuat The Guardian menyebut bahwa Mattis pergi menemui Trump dalam upaya terakhir untuk mengubah pikiran Trump terkait kebijakannya.
Dia kemudian berdebat untuk mendukung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, yang telah mengambil peran utama dalam mengeluarkan kelompok ISIS dari kekuasaannya di Suriah. Trump menolak argumen Mattis selama pertemuan yang berlangsung sekitar 45 menit itu.
Trump sendiri sudah merekam video di taman Gedung Putih untuk mengumumkan dia akan membawa pasukan pulang dari Suriah. Video itu telah diperlihatkan kepada Mattis.
Mattis pun sebelumnya telah menyusun surat pengunduran diri. Namun dia tidak menyebutkan SDF atau Suriah tetapi berulang kali menyebut pentingnya keamanan nasional Amerika Serikat untuk menghormati sekutu, dan menghadapi musuh strategis.
Di akhir pertemuan itu, Mattis juga mengejutkan Trump dengan menyerahkan surat pengunduran dirinya. Menurut New York Times, Mattis memerintahkan 50 salinan atas surat pengunduran dirinya dan segera diedarkan ke sekitar Pentagon, sekembalinya dia ke kantornya usai menemui Trump. [bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Akibat Hujan Deras dan Luapan Kali, Banjir Madura Terjadi di Seluruh Kabupaten
- Mahasiswa Unej Ditemukan Tewas di Kampus, Diduga Terjun Dari Lantai 8
- Dana Miliaran Untuk Influencer, Satyo Purwanto: Pantas Data Pemerintah Selalu Ngaco