Pemerintah diminta tidak memakai cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua. Pemerintah harus berupaya keras untuk mengambil hati warga Papua, karena pembangunan infrastuktur dirasa kurang efektif mendekati warga.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyerukan agar semua pihak, terutama pemerintah dan aparat, tidak melakukan aksi-aksi balasan berupa tindak kekerasan dan senjata.
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt Dr Henriette T.H. Lebang menyampaikan, di tengah gencarnya pembangunan ekonomi dan infrastruktur, pada saat yang sama Indonesia menyaksikan gejala semakin kuatnya aspirasi untuk menentukan nasib sendiri di kalangan sebagian masyarakat, baik yang terungkap di Papua, di berbagai kota di Indonesia, maupun dalam kampanye internasional."Hal ini menunjukkan bahwa cara penyelesaian yang parsial-pragmatis belum dapat memecahkan permasalahan Papua. Bahkan berbagai aksi kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat sipil dan kelompok bersenjata juga ditengarai sebagai bentuk protes atas tidak diindahkannya tuntutan masyarakat akan penyelesaian masalah Papua secara menyeluruh," tutur Pdt Dr Henriette T.H. Lebang dalam Pesan Pastoral Gerejawi, yang diterima redaksi, Senin (10/12).
- Firman Soebagyo: Golkar Tetap Komitmen Usung Airlangga Hartarto Di Pilpres 2024
- Pemulihan Ekonomi, Jokowi Ingin Investasi Terus Ditingkatkan
- Tarif Internet, Listrik, dan Bensin Catat Kenaikan Tertinggi dalam Survei Biaya Hidup 2022 BPS
"Kami berpandangan, duduk bersama dalam percakapan dari hati ke hati, apakah itu dalam bentuk dialog nasional sebagaimana banyak dituntut oleh sementara pihak di Papua, atau dialog sektoral sebagaimana pernah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, adalah jauh lebih bermartabat dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi RI," ujarnya.
Kemudian, pelibatan masyarakat adat, gereja dan beragam pemangku kepentingan di Papua akan memudahkan pemerintah dalam menjalankan roda pembangunan menuju masa depan.
PGI melalui Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPH-PGI) menyampaikan dukacita mendalam atas jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa pembunuhan di Kabupaten Nduga, Papua, pada Minggu (2/12) lalu.
"Peristiwa ini telah menciderai harkat manusia sebagai citra Allah. Sejauh kami pahami, mereka adalah pekerja pada PT Istaka Karya, yang sedang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam kaitan ini, kami menyampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan seraya berdoa, semoga Tuhan yang Maha Pengasih menguatkan keluarga dalam menghadapi masa-masa yang sulit ini," tuturnya.
Terkait dengan peristiwa ini, PGI mengimbau aparat negara agar bekerja secara profesional dan proporsional, dalam menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat Papua dan seluruh penduduk Indonesia di manapun berada. PGI juga mendorong aparat negara untuk menyelidiki dan mengusut tuntas peristiwa ini dengan mengutamakan pendekatan kultural.
"Demi mengurangi ketegangan di tengah masyarakat Papua dan mencegah jatuhnya semakin banyak korban di kalangan masyarakat sipil," ujar Pdt Dr Henriette.
Bagaimanapun, lanjut dia, semua pihak wajar menyampaikan sangat prihatin dengan pendekatan kekerasan dalam penyelesaian masalah Papua, baik yang dilakukan oleh masyarakat sipil, kelompok-kelompok bersenjata maupun aparat Negara.
"Pendekatan kekerasan, dalam bentuk apa pun, menurut hemat kami, tidak akan pernah menyelesaikan masalah, selain hanya akan menciptakan luka-luka baru yang pada gilirannya akan menciptakan lingkaran kekerasan," tuturnya.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kuncinya Inovasi dan Komunikasi, PDIP Jadi Partai Favorit Milenial di Jatim
- Tak Ada Perbedaan Ideologi Partai antara Gerindra dan PDIP, Pertemuan Megawati dan Prabowo Sudah Direncanakan
- Kepala Daerah dan DPRD Dapat THR, Aktivis Antikorupsi: Dilarang Lagi Terima Upeti