Partai Demokrat terlihat kurang serius dalam mendukung Prabowo-Subianto-Sandiaga Uno di Pemilihan Presiden 2019. Kondisi itu membuat hubungan Demokrat dan Gerindra sebagai pengusung utama pasangan itu terlihat kurang harmonis. Elit kedua partai itu kerap saling sindir sehingga membuat konflik internal koalisi tersebut terbuka ke publik.
- Cak Imin Dievakuasi Saat Kerusuhan Muspimnas PMII, Polisi Belum Berencana Tambah Pengamanan
- Pengamat Sebut Kelompok 212 Kembali Perlihatkan Eksistensi Oposisi Di Tanah Air
- Bersama Ribuan Ulama hingga Santri se-Jatim, Ganjar Pranowo Hadiri Halal Bihalal
"Sedangkan demokrat berada dalam posisi dilematis karena itu hanya jadi target tambahan bukan utama, target utama meningkatkan perolehan pileg. Beda dengan Gerindra yang menjadikan pilpres sebagai target utama,†tegasnya lagi.
Karena itu, Surokim menyarankan agar Gerindra tidak menuntut berlebihan partai koalisi untuk memenangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Gerindra harus realistis untukk terus memantapkan konsolidasi dan tidak menuntut partai koalisi berbuat lebih dari kepentingan utama partai mereka karena menuntut lebih hanya akan mematik perpecahan tidak akan membawa kesolidan,†tambahnya.
Hubungan demokrat dan gerindra ini memang unik, sebagai mantan partai berkuasa demokrat tentu tetap ada gengsi berada dibawah Gerindra dan ingin equal dalam hubungan koalisi. Sementara Gerindra sebagai pengusung utama ingin dominan,†pungkasnya.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jokowi Dipercaya Rakyat, Nasib Indonesia Tak Akan Seperti Sri Lanka
- Erick Thohir Diberi Marga Sidabutar Saat Hadiri Tao Toba Heritage Fest
- Pengamat: Tidak Ada Capres yang Menang di Debat Pertama