Tujuh bulan menjelang Pilkada Serentak September 2020 mendatang, terungkap fakta-fakta menarik seputar situasi sosial politik di Kabupaten Sidoarjo.
- Kerjar Target 2,7 Juta Penerima Kuartal I 2021, Kartu Prakerja Dikebut
- Bawaslu Jangan Gamang Sanksi Pelanggar Protokol Kesehatan
- Peluang Marsekal Hadi Tjahjanto Jadi Menteri Terbuka Lebar
Hasil survei dan riset yang dilakukan lembaga Indonesia Strategic Research & Consulting (ISRC) menunjukkan, pendatang baru di Sidoarjo seperti Kelana Aprilianto dan Bambang Haryo Soekartono cukup dikenal masyarakat Sidoarjo mengalahkan Plt Bupati Nur Ahmad Syaifudin.
Bahkan M Amir Aslichin (putra mantan Bupati Saiful Illah) berada malah di bawah M Taufiqulbar (pengusaha dan mantan DPRD Sidoarjo).

Mengapa pendatang baru justru moncer?
Direktur Riset ISRC, Achmad Jalaluddin menjelaskan, salah satu temuan menarik riset ini berkaitan dengan ketidakpuasan publik Sidoarjo yang sangat tinggi terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
Terekam dalam survei, 74,4 persen responden menyatakan tidak puas dengan kinerja Pemkab Sidoarjo. Hanya 16,0% menyatakan puas, sisanya 10,6% tidak tahu.
Adapun sektor-sektor yang menjadi pemicu ketidakpuasan warga Sidoarjo, paling tinggi berkaitan dengan persoalan kemacetan dan lalu lintas (67,4%), infrastruktur dan kondisi jalan yang kurang bagus juga jadi keluhan utama (66,2%).
“Kemudian persoalan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat (59,63%), faktor pengangguran dan peluang kerja, serta kesehatan (56,06%) dan penanganan sampah menjadi sumber ketidakpuasan pula,” kata Jalaluddin dalam keterangannya yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (7/3).
Hal tersebut, lanjut Jalaluddin, membuat ada pengaruh besar pada persepsi dan pilihan publik kepada para kandidat yang berasal dari pemerintahan saat ini. Masyarakat Sidoarjo terlihat sangat membutuhkan perubahan.
Representasi keinginan tersebut ditunjukkan pada pengenalan dan pilihan mereka terhadap para bakal calon kepala daerah Sidoarjo yang sudah mulai muncul bebrapa bulan belakangan.
Berikut ini sembilan kandidat kepala daerah Sidoarjo yang mendapatkan perolehan prosentase popularitas tertinggi: Kelana Aprilianto (55,4%), A Muhdlor Ali (54,4%), Nur Ahmad Syaifudin (50,7), disusul Bambang Haryo Soekartono (49,5 persen), M Taufiqulbar (45,2%), M Amir Aslichin (42,66%), Sullamul Hadi Nurmawan (20,6%), M Bahrul Amig (12,4%), serta politisi Gerindra Hidar Assegaf dengan tingkat pengenalan 9,67 persen.

Meski beberapa bakal calon bupati/wakil bupati Sidoarjo sudah mendapatkan popularitas lebih dari 50 persen, akan tetapi tingkat keterpilihan (elektabilitas) mereka semuanya masih di bawah 15 persen. Kelana Aprilianto dan Bambang Haryo Soekartono memuncaki perolehan elektabilitas dengan 12,4% dan 11,2%. Disusul kemudian dengan A Muhdlor Ali (8,4%) dan M Taufiqulbar (7,2 persen).
Selanjutnya baru Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifudin dengan elektabilitas 6,9%, dan M Amir Aslichin (IIn) dengan tingkat keterpilihan 6,7 persen. Tiga kandidat terakhir Sullamul Hadi Nurmawan (3,6%), M Bahrul Amig (1,7%), dan Hidar Assegaf 1,2 persen.

“Sebenarnya nama-nama yang kami survei lebih dari sembilan orang. Tapi tingkat elektabilitasnya kurang dari 1 persen, sehingga tidak ditampilkan di sini,” papar Jalaluddin.
Disampaikan juga, kasus tangkap tangan terhadap Bupati Sidoarjo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sangat kuat pengaruhnya pada masyarakat. Lebih dari 75 persen responden menyatakan hal tersebut sangat berpengaruh, dan hanya 11,6 persen yang mengatakan tidak berpengaruh.
“Jadi selain soal ketokohan dan kualitas calon, dari survei kami, para kandidat yang bersih dari unsur korupsi, kolusi dan nepotisme, akan lebih dipertimbangkan untuk dipilih masyarakat,” pungkasnya.
Survei ISRC ini dilakukan pada penghujung Februari kemarin, tepatnya tanggal 20-29 Pebruari 2020, dengan jumlah responden 1000 warga Sidoarjo berusia 17 tahun lebih atau telah memiliki hak pilih.
Ada pun metode pengambilan sampelnya menggunakan multistage random sampling atau bertahap secara acak yang meliputi 18 kecamatan di Sidoarjo.
Dari seluruh kecamatan yang ada menjadi sampel, diambil secara acak unit di bawahnya, yaitu: kelurahan dan desa, RW serta RT hingga terpilih responden yang akan diwawancarai (tatap muka) secara acak dan memenuhi kriteria pemilihan sampel secara statistik. Tingkat kesalahan atau margin of error sebesar ±3 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95%.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Layakkah Nadiem Makarim Diganti, Begini Kata Arief Poyouno
- Presiden Minta 130 Ribu Rumah Subsidi Berkualitas
- Jusuf Kalla Resmi Tandatangani SK Pemecatan Arief Rosyid dari Pengurus DMI