Bukannya memberi jaminan pelayanan terbaik kepada masyarakat, pemerintah malah membuat narasi-narasi tak simpatik terkait dengan rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan.
- Mobilitas Meningkat saat Mudik, Alasan Pemerintah Perpanjang PPKM
- Uji Nyali Dibutuhkan Ganjar agar Modal Elektabilitasnya Tidak Hangus Begitu Saja
- Kampanye Pendidikan Antikorupsi KPK Turut Disampaikan di Forum PBB
Saat ini rencana kenaikan fasilitas kesehatan (Faskes) dari mulai kelas I hingga kelas III tinggal menunggu peraturan presiden untuk dijalankan. Namun hal itu justru tak diimbangi dengan perbaikan pelayanan fasilitas kesehatan.
"Kalau faskes tingkat pertama di seluruh Indonesia fasilitasnya sudah baik dan merata, peserta juga akan memilih puskesmas terdekat untuk mengobati sakitnya. Jadi bukan manja,†lanjutnya.
Salah satu yang disorotinya adalah pernyataan pemerintah yang menyebut BPJS Kesehatan bisa colaps jika tidak dinaikkan. Pernyataan ini dinilai mengesankan defisit BPJS Kesehatan adalah tanggung jawab semua peserta.
Padahal, kata dia, jika saja kinerja BPJS Kesehatan maksimal terutama terkait strategic purchasing, pelayanan biaya operasional, tata kelola teknologi informasi, penerimaan dan pengeluaran, dan sistem piutang, defisit tidak akan sebesar ini.
Belum lagi persoalan masih banyaknya ditemukan perserta bermasalah, seperti tidak memiliki NIK dan NIK ganda yang menjadi biang terus membengkanya defisit, menandakan banyak hal yang harus diperbaiki oleh pemerintah.
"Menaikkan iuran BPJS Kesehatan persoalan serius, jangan disederhanakan misalnya cuma naik lima ribu perhari atau sama seperti bayar parkir motor per jam sehingga tidak memberatkan. Narasi-narasi seperti ini baiknya dihindari. Bangunlah narasi yang lebih kuat dan persuasif agar publik lebih simpatik,†pungkas Senator Jakarta ini.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Begini Upaya Demokrat Jatim Untuk Bisa Menang Di Pilkada Serentak 2024
- Hadir ke 1 Abad NU, Hidayat Nur Wahid dan Ketua PKS Jatim Kompak Apresiasi Peran NU untuk NKRI
- Viral, Ganjar Pranowo Duduk Satu Meja dengan Saksi TPPU Nurhadi