Pemilu 2019 harus menjadi komitmen bersama menjaga persatuan dan kesatuan. Sebab bukan tidak mungkin ini sebagai pintu masuk intervensi gerakan global dari berbagai kepentingan.
- Jika Jabatan Presiden Bisa Tiga Periode, Bakal Tersaji El Clasico SBY Vs Jokowi
- Inaya Wahid: Etika adalah Soal Menjaga Harkat dan Martabat Bangsa
- Risma Soroti Banyaknya Pondok Pesantren Kecil di Jatim yang Luput dari Perhatian
Menurut Ratno, saat ini sudah masuk era globalisasi. Sebagai salah satu tanggung jawab yang menjadi tugas generasi muda adalah belajar dan menjaga kerukunan dengan menolak paham radikalisme dilingkungan pendidikan, serta menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI.
"Sebagai generasi muda harus berintektual yang mumpuni dengan terus belajar. Selain itu, kita sebagai anak bangsa harus menjaga kerukunan, para generasi muda ini harus benar-benar paham tentang pentingnya persatuan. Generasi muda harus menolak faham-faham radikalisme dan sparatisme yang ingin merusak kedaulatan negara," tandas Ratno dikutip Kantor Berita di Pondok Pesantren Tinggi Darul Ulum, Peterongan, Jombang.
Ia menjelaskan bahwa adanya momentum politik lima tahunan ini harus dijadikan rasa selaras dalam penguatan persatuan dan tetap merawat serta menjaga kesatuan seluruh elemen anak bangsa.
Bukan tidak mungkin, berbagai intervensi kepentingan-kepentingan dari negara-negara maju dalam mengembangkan sayap membuat pengaruh-pengaruh di negara berkembang seperti di Indonesia.
Adanya Proxy War dalam merebut dan menguasai sumber daya sebuah negara. Kekuatan utama dalam perang ini seringkali berada dibalik layar dengan menggunakan dan mengontrol pihak ketiga dari kejauhan.
"Kita belajar dari runtuhnya banyak negara di Timur Tengah melalui gerakan politik ISIS adalah korban dari Proxy War. Politik-Brexit di Inggris yang mendepak Inggris keluar dari Uni Eropa, juga dapat dibaca sebagai bagian dari produk proxy war," terangnya.
Komitmen kebangsaan dan persatuan nasional di antara semua elemen bangsa harus diperkuat dan tetap waspada.
"Karena jika lebih mengedepankan kepentingan kelompok masing-masing, maka bisa saja gejala politik awal proxy war itu makin menguat dan menjadi nyata melalui momentum ini. Selain itu, Radikalisme kini makin tumbuh subur melalui eksistensi berbagai pihak," ungkapnya.
Melalui gerakan senyap, mereka sedang masuk secara infiltratif kepada kekuatan politik demokrasi dengan tetap menghendaki adanya perubahan mendasar dan radikal terhadap NKRI.
"Maka, perlu kiranya sebagai komitmen seluruh elemen anak bangsa dan bagian dari ikhtiar tanpa henti, maka disinilah arti penting wawasan kebangsaan harus terus digelorakan," pungkasnya.
Kegiatan wawasan kebangsaan dalam rangka sukses pemilu 2019 yang diselenggarakan oleh Forkit di Aula UNIPDU yang dihadiri pegiat aktivis persatuan dan kerukunan anak bangsa. Sebagai pemateri yakni Drs. KH Zeumuddin Wujaya Asad, MS ( Pengasuh Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang Jatim), Dr KH Mustain Syafii (Ahli Tasfir dari Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang) dan Kombes Pol Ratno Kuncoro (Ditkamsus Baintelkam Polri).[bi/aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Komisi C Apresiasi Kinerja UPT PPD Madiun, Target PAD Tercapai 65%
- Skenario Penundaan Pemilu Muatan Politiknya Sangat Kental
- Dua Tahun Jokowi-Maruf, Hukum Masih Compang-camping dan Tebang Pilih