Gegara Larangan Mudik, Agen Bus: Buat Ngopi Saja Enggak Ada

Kebijakan larangan mudik oleh pemerintah berimbas pada matinya perekonomian moda transportasi. Tak terkecuali bagi para agen tiket bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di Terminal Ngawen Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora.


Sejumlah agen tiket bus memilih menutup usahanya. Deretan ruko yang biasanya ramai oleh para penumpang kini tinggal satu yang masih buka. Itupun hanya buka setengah hari hingga pukul 12.00 WIB. Padahal pada hari biasa, mereka buka selama 24 jam.

Mimin, salah satu agen tiket bus mengaku memilih menutup usahanya karena tidak adanya penumpang bus. Ia bahkan sudah mulai menutup usahanya itu sekitar satu minggu lalu.

"Sepi enggak ada penumpang. Dulu waktu belum ada larangan juga hanya dapat tujuh penumpang. Ini setelah dilarang sama sekali tidak ada penumpang," kata Mimin dilansir Kantor Berita RMOLJateng, Senin (27/4).

Bukan hanya Mimin, kondisi seperti ini juga dialami semua agen bus yang lainya. Salah seorang agen bus lain bernama Kristiyono bahkan tutup total sejak diterapkan larangan mudik oleh pemerintah.

"Tutup mas, mau gimana lagi, pemerintah melarang buka. Penumpang juga enggak ada, mending tutup sekalian," ungkapnya.

Akibat penutupan itu, ia mengakui perekonomian keluarga menjadi terganggu. Ia pun berharap ada bantuan pemerintah untuk memecahkan masalah ini.

"Kalau dibilang rugi ya pasti, biasanya sebulan bisa Rp 3 juta, ini untuk beli kopi saja enggak ada. Warga dilarang mudik, tapi enggak ada solusi buat kita. Padahal kita kan butuh makan tiap hari," keluhnya.

Kristiyono berharap, wabah virus corona bisa segera berakhir sehingga ia bisa kembali bekerja seperti semula. "Kalau harapan ya semoga cepat hilang. Biar kita bisa bekerja lagi," harap bapak dua anak ini.