Mendikbud: Pendidikan Tidak Dapat Berdiri Sendiri

Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim
Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim

Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri dalam pembangunan nasional, perlu kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, pengusaha, dan media.


Sinergisitas kelima pilar tersebut biasa disebut dengan konsep pentahelix. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, Kampus Merdeka diharapkan mendorong mahasiswa sebagai agen penggerak, untuk berpartisipasi dalam kebutuhan pembangunan nasional.

Demikian dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, dalam Webinar Nasional bertema Recovery Pembangunan Nasional Pasca Pandemi melalui Konsep Pentahelix yang diselenggarakan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) selasa (4/8).


 Ia mengibaratkan program tersebut sebagai “Berlatih di laut terbuka” agar mahasiswa memiliki pemahaman kondisi, situasi serta kebutuhan negeri.


“Ke depannya, Saya berharap pada mahasiswa yang telah melewati berbagai perubahan akibat pandemi untuk mengubah paradigma/mindset mereka. Mahasiswa harus yakin bahwa mereka bisa menjadi penggerak. Mereka bisa melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat,” ujar dikutip Kantor Berita RMOLJatim.


Nadiem meyakini bahwa tujuan tersebut tak bisa dicapai tanpa partisipasi dosen dan praktisi. Menurutnya, mahasiswa didorong sebanyak mungkin mencari pengalaman melalui perkuliahan di luar studi keilmuannya, magang di perusahaan, dan pengabdian masyarakat.


Dosen pun juga harus memperbanyak pengalaman di luar kampus. Dengan begitu ia berharap, mahasiswa harus difasilitasi dengan mendatangkan praktisi-praktisi dari luar kampus. Program studi juga dituntut menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi, organisasi, hingga perusahaan di luar kampus sehingga suatu instansi pendidikan tinggi dapat memiliki spesialisasi keilmuannya masing-masing. “Tidak ada inovasi atau perubahan, tanpa mengambil risiko. Kita harus keluar dari zona nyaman,” tegasnya.


Nadiem juga berharap, Kampus Merdeka dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi. Orientasi lulusan bukan lagi mencari pekerjaan saja. Namun, berorientasi untuk membantu masyarakat, khususnya masyarakat terdampak pandemi.


Dalam kesempatan itu, Rektor Unesa, Prof. Nurhasan, M.Kes., mengutarakan komitmen Unesa untuk mendukung penuh program Kampus Merdeka. Ia melihat kampus merdeka bisa menjadi momentum peran akademisi dalam pembangunan nasional pasca pandemi.


“Pada prosesnya, konsep merdeka belajar ini akan memberikan pengaruh pada ekosistem Pentahelix, yakni suatu sinergi yang menghubungkan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, dunia usaha, masyarakat dan pemerintah,” terangnya.


Bukan hanya mahasiswa, peran pilar akademisi juga harus didukung oleh instansi/universitas, dosen dan praktisi pendidikan. Nurhasan, memberikan bocoran bahwa dalam waktu dekat, Unesa akan meresmikan Laboratorium Merdeka Belajar sebagai bentuk dukungan Unesa dalam program Kampus Merdeka.


“Kami siap membantu Pak Menteri dalam mewujudkan ide-ide dan inovasi- inovasinya untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik di masa depan,” terangnya.

Dalam webinar tersebut hadir pula Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH., M.Hum., Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Dr. Martadi, M.Sn., Pakar Pendidikan Unesa.