Revitalisasi Peran HMI, Memperkuat Nilai Kebangsaan Dan Tekan Radikalisme

M. Alwi Hasbi Silalahi/Net
M. Alwi Hasbi Silalahi/Net

TINGKAT radikalisme di Indonesia dinyatakan menurun oleh Kepala BNPT. Hal tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 2020 lalu. Dinyatakan bahwa indeks potensi radikalisme terjadi penurunan sebesar 12,2 persen. Dengan penurunan itu, saat ini indeks potensi radikalisme berada pada angka 14,0 persen.

Meski dinyatakan turun, namun pada kenyataannya masih ada sebesar 14,0 persen potensi terjadinya radikalisme. Sebagaimana yang jamak terjadi di berbagai belahan dunia, nilai dan/atau aksi radikalisme dapat berkembang dengan cepat. Artinya, angka 14,0 persen itu bisa saja bertambah jika tidak dilakukan pengawalan atau kontrol secara komprehensif.

Terkait kemungkinan berkembangnya potensi nilai dan/atau aksi radikalisme, mahasiswa adalah entitas yang biasanya lebih mudah terpapar. Oleh karenanya, upaya untuk menekan pertumbuhan potensi radikalisme di kalangan mahasiswa harus menjadi perhatian besar bagi banyak pihak, termasuk bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang hingga saat ini masih menjadi organisasi mahasiswa terbesar dan terkuat di Indonesia.

Memiliki status sebagai organisasi terbesar dan terkuat di Indonesia, ditambah memiliki peran de jure sebagai organisasi perjuangan menurut Anggaran Dasar-nya, HMI menjadi organisasi mahasiswa yang harus mengambil porsi besar dalam upaya menekan potensi radikalisme.

Upaya menekan potensi radikalisme tersebut, dapat dilakukan HMI dengan cara memperkuat  nilai kebangsaan di kalangan mahasiswa. Namun sebelum masuk ke dalam tahap itu, HMI terlebih dahulu harus mempersiapkan diri agar lebih kuat sebab radikalisme juga sangat kuat dalam mengejewantahkan pengaruhnya. 

Persiapan HMI yang dimaksud, adalah merevitalisasi peran HMI sebagai organisasi perjuangan. Jika HMI secara lembaga, kemudian diikuti oleh seluruh kadernya yang tersebar di seluruh Indonesia, maka perjuangan HMI dalam memperkuat nilai kebangsaan mahasiswa dan menekan radikalisme akan semakin terstruktur, sistematis, dan massif.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), adalah salah satu diantara banyak organisasi kemahasiswaan yang sangat berkomitmen menjadikan perjuangan sebagai basis gerakannya. Komitmen tersebut ditunjukkan HMI dengan menjadikan perjuangan sebagai peran organisasi dalam Anggaran Dasar. Selanjutnya, hal-hal yang lebih spesifik tentang bagaimana HMI harus menjalankan perjuangannya, tertuang dalam teks Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP).

NDP bukan sekedar teks yang menjadi formalitas bagi kader HMI dalam berproses di organisasi. NDP semacam “buku saku” bagi kader HMI. Dengan kata lain, NDP digunakan oleh kader HMI bukan hanya sekedar sebagai pusat keilmuan. NDP memberikan banyak hal bagi kader selama kader tersebut dapat mempelajari dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Di dalam NDP, terdapat nilai-nilai yang bisa menjadi strategi HMI, baik dalam membesarkan organisasi maupun berkontribusi bagi bangsa, negara, dan masyarakat luas.

Dengan kata lain, sebagai dasar untuk berjuang, NDP secara tegas memberi panduan kepada kader HMI untuk berjuang memperkuat agama Islam dan menjaga NKRI dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negara.

Namun beberapa tahun ini, HMI baik secara terlembaga maupun para kader per individu mengalami banyak kemunduran. Terdapat banyak konflik internal yang sesungguhnya menyebabkan kader HMI jauh dari kata produktif. Kader HMI, mulai dari tingkatan paling atas atau PB HMI hingga tingkat paling bawah atau komisariat, mengidap sindrom mengejar kekuasaan belaka sekaligus menurunkan harga dirinya sebagai kaum intelektual.

Kondisi yang digambarkan di atas tentunya sangat bertolakbelakang dari kondisi ideal. Seharusnya, sebagai kader umat, HMI tidak lebih mementingkan kekuasaan dibandingkan perannya sebagai organisasi perjuangan. Umat dan bangsa sangat membutuhkan peran besar dari HMI untuk mewujudkan masyarakat adil makmur.

Maka dari itu, revitalisasi peran HMI sebagai organisasi perjuangan sangat penting. Sebab saat HMI tidak mencerminkan perannya sebagai organisasi perjuangan, maka HMI akan sulit melakukan upaya penguatan nilai kebangsaan di diri mahasiswa.

Upaya melakukan revitalisasi itu juga bukan hal yang mudah. HMI beserta seluruh kadernya wajib berkomitmen untuk melakukan perbaikan internal secara terstruktur, sistematis, dan massif. Mulai dari perkaderan formal hingga perkaderan informal, harus diisi dengan agenda memperkuat peran HMI sebagai organisasi perjuangan. 

Di samping itu, HMI juga membutuhkan sosok-sosok yang memiliki hubungan baik dan jaringan yang luas kepada banyak pihak untuk memperkuat upaya merevitalisasi perannya. HMI tidak boleh merasa bisa berjalan secara sendiri-sendiri dalam melancarkan peran dan tujuannya. HMI harus kembali menjadi organisasi yang inklusif dan dapat membawa kepentingan masyarakat luas.

HMI adalah organisasi yang memiliki struktur terlengkap dan kekuatan terbesar untuk menanamkan nilai apapun kepada para mahasiswa. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa HMI adalah organisasi yang paling tepat dan efektif untuk ditempatkan di sektor terdepan dalam upaya menanamkan dan memperkuat nilai-nilai kebangsaan pada diri mahasiswa.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, HMI adalah organisasi yang memiliki struktur dan kader terbanyak di Indonesia. Di hampir seluruh kampus atau perguruan tinggi, HMI menjadi leading sector bagi kalangan mahasiswa. Bahkan tidak jarang, gerakan dari HMI turut menentukan situasi perguruan tinggi, daerah, hingga negara.

Apalagi jika upaya dalam merevitalisasi peran HMI sebagai organisasi perjuangan telah berhasil, maka HMI akan memiliki modal yang besar untuk menerima tanggungjawab sebagai salah satu pihak dalam menekan paham radikalisme.

Kesetiaan dan kontribusi HMI terhadap bangsa ini sudah teruji. HMI selalu mengawal keutuhan bangsa dan NKRI, serta selalu berikhtiar memberi yang terbaik untuk masyarakat luas. Nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang ditanamkan di perkaderan HMI, membuat para kadernya memiliki integritas yang kuat dalam mengembang tanggungjawab sebagai “Harapan Masyarakat Indonesia”.

Alwi Hasbi Silalahi

Ketua Badko HMI Sumatera Utara yang maju sebagai calon Ketua Umum PB HMI