Di Kampung Miliarder, Ada Warga yang Mengaku Tekor dari Ganti Rugi Pembebasan Lahan 

Surdi warga setempat / RMOLJatim
Surdi warga setempat / RMOLJatim

Menelisik 'Kampung Miliarder' di tiga Desa Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban Jawa Timur, yang lagi viral setelah mendapat pembayaran pembebasan tanah miliknya dari proyek Raksasa pembangunan kilang Miyak  New Gress Root Refinery ( NGRR). 


Ketiga desa tersebut di antaranya Desa Sumurgeneng, Desa Wadung dan Desa Kaliuntu.

Setelah menerima pembayaran dari pihak Pertamina, uang tersebut ada yang dipakai untuk membeli kendaraan roda empat, membeli tanah kembali, dan membangun rumah baru atau renovasi rumah. Ada pula yang sementara didepositokan.

Namun, di balik semua itu, ternyata  tidak semua warga dapat menikmati uang hasil ganti rugi yang populis dengan istilah ganti untung dari  pembebasan lahan terdampak pembangunan kilang minyak.

Sudir, salah satu warga asal Desa Wadung Kecamatan Jenu, mengaku sejak awal menerima tanah dan rumah dibeli, harus berpindah ke tempat lain.

Karena sejak awal keluarganya menerima, sehingga proses pembayaran ganti uang yang diterimanya sudah lebih awal dan tidak ada masalah.

Namun Sudir mengaku hasil uang ganti untung yang diterimanya masih dirasa rugi. Sebab tanah dan rumahnya saat itu dibeli dengan harga Rp 650 juta per meter persegi. Tetapi saat dibelikan tanah lagi di tempat lain, justru harganya lebih mahal sampai Rp 750 ribu per meter persegi hingga satu juta.

"Jika hitung-hitungan ya  tambel (Merugi)  tanahnya dibeli harganya Rp 600 ribu awalnya, kalau beli tanah lagi di tempat lain harganya naik. Bahkan, sekarang harga tanah 1.5 juta per meternya," kata Sodir kepada Kantor berita RMOLJatim, Rabu (24/2).

Sudir saat pembebasan lahan lebih banyak mengikuti anjuran pemerintah dan tidak banyak protes. Sebab waktu itu Sudir diberitahu oleh pemerintah desa harus pindah rumah dan tanahnya akan dibeli oleh perusahaan Pertamina.

"Saya tahunya waktu itu tanahnya dibeli dan rumahnya disuruh pindah, ya pindah aja yang penting dikasih uang," terang Sudir.

Proyek pembangunan kilang minyak NGRR Pertamina yang berada di Kecamatan Jenu itu menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp 225 triliun.

Diketahui, proyek kilang monyak di Tuban ditargetkan beroperasi pada 2024 memiliki luas mencapai 821 hektar lahan darat yang terdiri dari 384 hektar lahan warga, sisanya adalah lahan KLHK seluas 328 hektare dan lahan Perhutani 109 hektare.

Untuk kebutuhan lahan darat, tersebar di Desa Kaliuntu 6 bidang, 562 bidang di Wadung, 566 bidang di Sumurgeneng, Perhutani 1 bidang, dan di KLHK 1 bidang.


ikuti update rmoljatim di google news