WHO Nyatakan Pandemi Covid 19 Memburuk Di Dunia

Gedung WHO/Net
Gedung WHO/Net

Pandemi Covid 19 dirasakan semakin memburuk di dunia. Hal itu dikatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dilansir dari kantor berita indiatimes.com


WHO mengatakan, telah mencatat penghitungan harian tertinggi dari infeksi baru virus corona di Amerika .

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers virtual di Jenewa mengatakan,  pasca wabah Asia Timur, kini Eropa telah menjadi episentrum penyakit tetapi juga telah diambil alih oleh Amerika. 

"Meskipun situasi di Eropa membaik, secara global justru memburuk," katanya.

Dia juga menyebutkan bahwa 75 persen kasus yang dilaporkan pada hari Minggu berasal dari Amerika dan Asia Selatan. 

Tedros menambahkan, bahwa di negara-negara di mana situasinya membaik, sekarang ancaman terbesar adalah rasa puas diri, sehingga masyarakat cenderung mengabaikan protokol kesehatan.

"Menambahkan bahwa kebanyakan orang di dunia masih rentan terhadap infeksi," jelas Tedros.

Sementara itu, kasus baru Covid 19 di Jawa Timur mulai melandai sejak Februari 2021.

Ketua Bidang Data Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah menyatakan, kasus baru Covid 19 mulai menurun saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dimulai 25 Januari 2021 lalu. 

Jumlah kasus di Februari saja yakni 3.634. Sementara di Maret 2.023, sehingga ada penurunan sebanyak 1.611 orang.

"Sudah melandai kembali pada pertengahan Februari 2002 hingga akhir Maret 2002 1 akhir mengalami penurunan 3,2 persen pekan terakhir," terang Dewi saat rakor bersama Kepala Satgas Covid-19, Doni Monardo dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak melalui zoom, Kamis (1/4/2021).

Dewi mengatakan, pelaksanaan PPKM berpengaruh signifikan terhadap penurunan kasus Covid-19 di Jatim.

"Sudah 11 minggu berjalan kita melihat progres yang sangat cepat terjadi PPKM tahap 1 masih ada peningkatan namun sekarang sudah jauh lebih turun yang awalnya 7 persen. Sekarang sudah 1,45 persen," tambahnya.

Seperti diketahui, virus mematikan ini telah menewaskan lebih dari 403.000 orang dari setidaknya tujuh juta orang yang terinfeksi sejak wabah dimulai di China pada Desember 2019, menurut sumber resmi oleh AFP.