Sebanyak 76 Persen Mahasiswa Menyebut Efektif Kuliah Daring Selama Pandemi 

Foto ilustrasi/Net
Foto ilustrasi/Net

Rachbini Istitute melalui sebuah survei jajak pendapat secara nasional menyebutkan pola atau cara perkuliahan secara daring yang berlangsung selama setahun pandemi Covid-19 di Indonesia dinilai efektif. Survei dilakukan kepada 1.341 responden dari kalangan mahasiswa di 34 Provinsi.


Peneliti Rachbini Institute, Widarto Rachbini menerangkan, pihaknya menemukan jawaban dari mayoritas responden yang merasa perkualiahan secara daring efektif.

"Ada 1.029 mahasiswa (76.7 persen) menyatakan bahwa kuliah daring yang diikuti selama ini efektif, sisanya 312 mahasiswa (23.3 persen) menyatakan tidak efektif," ujar Widiarto dalam keterangan tertulis dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Senin (10/5).

Widiarto menuturkan, alasan 23,3 responden mahasiswa yang menganggap kuliah daring tidak efektif adalah karena memiliki kendala internet.

"Menurut responden adalah jaringan internet yang buruk dan interaksi sosial yang kurang, dengan masing-masing persentase 38.6 persen dan 37.5 persen.  Kendala pada urutan berikutnya adalah kuota yang mahal yang dipilih oleh 13.7 persen responden," paparnya.

Namun, berdasarkan hasil uji Chi-square, Rachbni Institute mendapati penilaian yang berbeda mengenai efektivitas kuliah daring, jika membagi pertanyaan pada sejumlah kelompok jenjang pendidikan.

Di mana hasilnya, jika pertanyaan yang sama terkait efektivitas kuliah daring diberikan kepada jenjang perkualiahan yang lebih tinggi, maka semakin besar proporsi responden yang menyatakan kuliah daring efektif.

"Berdasarkan hasil uji Chi-square, terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan kuliah daring berdasarkan kelompok jenjang pendidikan.  Makin tinggi jenjang pendidikan, makin besar proporsi responden yang menyatakan kuliah daring efektif," tuturnya.

Berdasarkan survei ini, Widarto berharap pemerintah bisa mengaji ulang terkait penerapan kuliah daring. Meski pandemi mungkin berakhir, dia menilai sistem perkuliahan tidak akan 100 persen kembali seperti dulu.

Survei yang dilakukan Rachbini Institute adalah dengan menyebar kuesioner (google form) lewat media sosial WhatsApp dan Facebook.

Meski tidak menggunakan metode sample random, Widiarto mengatakan bahwa surveinya akurat dan terverikasi serta dapat dipantau setiap saat. Artinya survei itu sangat terbuka bagi pihak manapun dan Google sendiri yang memverifikasinya.