Badan Hisab Rukyat Situbondo Tidak Berhasil Melihat Hilal

Petugas mencoba melihat kemunculan hilal dengan kamera khusus/RMOLJatim
Petugas mencoba melihat kemunculan hilal dengan kamera khusus/RMOLJatim

Lajnah Falakiyah (LF) PCNU dan Badan Hisab Rukyat (BHR) Kabupaten Situbondo, melaksanakan rukyatul hilal di pelabuhan laut Kalbut, Desa Semiring, Kecamatan Mangaran, Situbondo, Selasa (11/5).


"Sesuai dengan hasil hisab, memang hilal hari ini posisinya jauh dibawah ufuk, dan di Kalbut ini cuacanya memang tidak mendukung," terang juru bicara LF PCNU dan BHF, Irpan Hilmi, kepada Kantor Berita RMOLJatim, usai acara.

Masih menurut Irpan, pelaksanaan rukyatul hilal pada 29 ramadhan merupakan anjuran untuk dilaksanakan, dan itu menjadi kewajiban warga NU untuk tetap melaksanakan langkah tersebut.

"Jadi berdasarkan fiqih itu memang harus dilaksanakan rukyahtul hilal pada 29 Ramadhan, ini untuk menggugurkan fardhu kifayah umat muslim, khususnya di Situbondo," jelasnya lagi.

Lebih jauh, pria yang juga dosen di Univeraitas Ibrahimy (UNIB) Sukorejo, Situbondo ini menerangkan. Jika sesuai metode yang digunakan oleh tim BHR, sudah bisa dipastikan hilal itu tidak akan terlihat.

"Sekali lagi kami tegaskan, karena memang ada tuntutan ibadah yang harus digugurkan, maka Kementerian Agama Situbondo dan Pemkab bersama BHR tetap melaksanakan rukyatul hilal ini," tegasnya.

Dalam pantauan, pelaksanaan rukyatul hilal dihadiri oleh Kementerian Agama dan Pemkab Situbondo. Dengan peralatan kamera digital berlensa khusus, pemantauan munculnya bulan dilakukan dengan cara disandingkan ke sebuah layar komputer, sehingga petugas BHR bisa dengan mudah melihat munculnya bulan.

Meski demikian, hingga matahari hampir terbenam pada pukul 17.00 wib cahaya hilal tetap tidak bisa terlihat. Dengan kondisi tersebut, bisa dipastikan 1 Syawal akan ditentukan dengan menggenapkan bulan Ramadhan menjadi 30 hari atau istikmal.