Mantan Pebalap Nasional yang Juga Anggota DPRD Bojonegoro Ini Ajak Pemkab Tangani Serius Persoalan Stunting, Begini Solusinya

Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bojonegoro, Natasha Devianti saat menjadi narasumber/RMOLJatim
Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bojonegoro, Natasha Devianti saat menjadi narasumber/RMOLJatim

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro diminta serius menangani kasus stunting yang angkanya mencapai lebih dari 20 persen. Angka tersebut merupakan data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur.


Sehingga Bojonegoro menjadi Lokus stunting. Banyak balita yang gagal berkembang fisik dan otaknya gara-gara kekurangan gizi dan salah pola asuh.

Demikian disampaikan Natasha Devianti dalam seminar bertema 'Diseminasi Hasil Penelitian Model Penanggulangan Stunting dì Kabupaten Bojonegoro', yang digelar Fatayat  dan ExxonMobil Cepu, Senin (31/5).

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Sasa itu, Komisi C sangat concern terhadap masalah kesehatan masyarakat, termasuk di antaranya isu stunting.

"Makanya kami mengapresiasi EMCL dan Fatayat karena telah melakukan audiensi kepada komisi C sejak sebelum melakukan penelitian dan ketika penelitian ini menghasilkan rekomendasinya,” katanya, dikutip Kantor Berita RMOLJatim saat menjadi narasumber.

Namun demikian, Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Bojonegoro ini berharap diskusi tersebut tidak hanya menjadi wacana, seremonial, dan berhenti pada tataran konsep. Melainkan diperlukan aksi meski terkadang solusi muncul dari sebuah diskusi.

“Soal stunting, saya concern soal data. Saya dengar dari kolega saya di Provinsi, bahwa Kabupaten Bojonegoro masuk Lokus Stunting. Sedangkan di sini saya lihat jumlah stunting rendah. Mana yang bener," ungkapnya.

Mantan pebalap muda Nasional ini juga berharap persoalan stunting harus dituntaskan dari hulu ke hilir. Mulai dari birokrasi PKK yang terkait dengan para  OPD yang ada di Pemkab. 

"Soal pendanaan posyandu, dan program Pemerintah yang efektif dan efisien tepat sasaran dalam meningkatkan kualitas pelayanan posyandu," ujarnya.

Pemkab Bojonegoro, Masih Sasa, seharusnya lebih terbuka dengan semua elemen dalam menangani stunting ini.

"Ayolah kita bareng-bareng, kerja bersama. Kalau memang ada ketidakcocokan data, ayo kita perbaiki sama-sama," ajaknya.

Tak hanya itu, Sasa juga mengajak 

semua ibu-ibu, perempuan muda, dan anak muda di Kabupaten Bojonegoro untuk menyadari betapa pentingnya memiliki pemahaman tentang pentingnya masalah kesehatan ibu dan balita ini. 

“Sebagai wakil rakyat di DPRD Bojonegoro, saya berkomitmen akan terus menyuarakan isu kesehetan ini, terutama persoalan stunting yang cukup mengkhawatirkan di Kabupaten Bojonegoro,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro yang diwakili oleh Kabid Kesmas, Dr Lucky lmroah mengatakan, bahwa perbedaan data kabupaten dengan provinsi saat ini sedang ada sinkronisasi. Dinkes Bojonegoro, kata dia, sudah melalukan berbagai upaya dan cara dalam menanggulangi stunting.

“Kita sedang berusaha melakukan yang terbaik,” ungkap lucky.

Pada seminar yang diinisiasi EMCL tersebut nampak hadir Kepala Dinas Kesehatan, Dinas P3KAB, Pemerintah Kecamatan Kota Bojonegoro, Pemerintah Kecamatan Kedung Adem, para kader posyandu dari 8 desa di Kecamatan Kota dan Kedung Adem.

Seminar dimulai dengan pemaparan hasil penelitian Fatayat mengenai persoalan prosedur penanganan stunting, kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Diskusi menghadirkan Kepala Dinas Kesehatan, Ketua Komisi C DPRD Bojonegoro yang diwakili sekretaris komisi, dan manajer peneliti dari Fatayat.