Jungkir Balik Perjuangan Para Nakes Tangani Covid-19 di Surabaya

foto/rmoljatim
foto/rmoljatim

Perjuangan para tenaga kesehatan (nakes) di Kota Surabaya dalam melayani pasien Covid-19 patut diacungi jempol.


Kerja kerasnya dalam menjaga serta merawat masyarakat yang terpapar tak pernah henti dilakukan. 

Bahkan, sebagai garda terdepan, mereka rela mengorbankan nyawa menjadi taruhannya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, dimulai sejak awal pandemi hingga saat ini, ratusan nakes sudah terpapar Covid-19. 

Sebagian dari mereka sembuh namun, tak sedikit pula yang berpulang. Semua itu, dilakukan para nakes tidak ada lain selain mengutamakan keselamatan masyarakat.

Seperti yang dialami Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan dan Penunjang Medik RSUD dr Mohamad Sowandhie, Arif Setiawan. 

Ia menceritakan, perjuangannya dalam menangani pandemi Covid-19. Bahkan melihat keterbatasan jumlah nakes, dia pun sampai rela mengorbankan jatah liburnya demi memberikan penanganan terbaik kepada para pasien.

“Kita tidak kenal lelah, tidak libur pula. Karena selain jumlah yang terbatas rekan-rekan kami juga harus isoman karena terpapar. Makanya, kami yang sehat ini terus berjuang,” kata Arif dalam keterangan resmi yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (15/7).

Arif menceritakan, awalnya saat bertugas di RSUD dr Mohamad Sowandhie jumlah bed yang disediakan untuk pasien Covid-19 berjumlah 90 tempat tidur. 

Namun seiring pertambahan kasus akhirnya RSUD tersebut terus menambah bed hingga berkapasitas 161 orang.

“Kami pun rombak lobby juga menjadi ruangan. Bagaimana pun caranya kita terus berusaha supaya masyarakat yang sakit bisa tertampung. Kami ingin mereka sembuh,” ujar dia.

Selain itu, kini Arief yang bertugas ditempatkan di Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) mengaku cukup ekstra tenaga saat bertugas. 

Apalagi menurutnya, pasien yang berada di sana mengalami gejala ringan dan berat. Ia menyebut, ada pasien yang datang dengan kondisi saturasi sudah di bawah 80.

“Saya kalau mengawasi oksigen saat jaga malam tidak bisa tidur. khawatir oksigen pasien habis. Tiap satu jam saya tengok satu per satu sampai subuh begitu seterusnya. itu masih baru oksigen belum  perawatan yang lainnya. Kita terus berupaya maksimal menyembuhkan pasien. Tetapi kembali lagi lonjakan begitu cepat,” pungkasnya.