Penduduk Miskin Ekstrim Di Jatim Capai 1,7 Juta Jiwa, Gerindra Minta Pemprov Rumuskan Kebijakan Extraordinary

Anwar Sadad/RMOLJatim
Anwar Sadad/RMOLJatim

Angka kemiskinan ekstrim di Jawa Timur ternyata cukup tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, penduduk miskin ekstrem di Jawa Timur mencapai 1,7 juta orang atau 4,4 persen. 


Sementara itu di Provinsi Jawa lainnya yakni Jawa Barat,  jumlah penduduk miskin ekstrim mencapai 1,8 juta orang dengan persentase sebesar 3,6% dam  Jawa Tengah dengan angka kemiskinan ekstrem mencapai 1,5 juta dengan persentase mencapai 4,4%.

Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Anwar Sadad mengaku kaget dengan tingginya angka kemiskinan ekstrim di Jatim.

Menurut dia, tingginya angka kemiskinan ekstrim di Jatim itu berbanding terbalik dengan sederet capaian keberhasilan yang dipamerkan oleh Pemprov Jatim.

"Terkait dengan angka kemiskinan ekstrem sampai pada angka 1,7 juta orang atau 4,4% dari total penduduk Jawa Timur, ini relatif yang sangat tinggi. Menjadi mengagetkan karena pada sisi lain Gubernur menyampaikan di hadapan publik keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh pemerintah Jawa Timur," katanya, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (31/8).

Ketua DPD Gerindra Jawa Timur itu menandaskan, sederet penghargaan seperti capaian tertinggi investasi ternyata tidak mampu mengangkat warga Jatim dari jurang kemiskinan.

"Penghargaan dari bkpm misalnya bahwa Jawa Timur juara dan dalam hal investasi dalam negeri kemudian produktivitas pertanian menggeliat karena pertumbuhan pertanian semakin membaik," katanya.

Sekadar diketahui, Bank Dunia menetapkan dua set batasan kemiskinan internasional yaitu 1,90 dollar AS  PPP sebagai batas extreme poverty dan 3,20 dollar AS PPP sebagai batas poverty.

Angka konversi PPP menunjukkan banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa dengan jumlah yang sama, dibandingkan dengan barang dan jasa yang dapat dibeli dengan harga 1 dollar AS.

Anwar Sadad juga menyoroti lambannya penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jatim 2021. Pasalnya, penyerapan yang tidak optimal itu hanya akan menghambat pemulihan ekonomi Jatim ditengah pandemi.

"Ketika Presiden Jokowi kemarin menegur bahwa penyerapan APBD Jatim minim gubernur memberikan counter bahwa penyerapan APBD Jawa Timur lebih baik dari tahun lalu. APBD memang hanya stimulan,  tetapi stimulasi tersebut bisa menggerakkan perekonomian Jawa Timur akan tetapi kalau sampai september 2021 masih kecil masyarakat tidak terstimulasi untuk menggerakkan ekonominya," tambahnya.

Anwar Sadad berharap agar Pemprov Jatim melakukan terobosan untuk melakukan kebijakan guna mempercepat pengentasan kemiskinan ekstrem. 

Dia berharap agar para birokrat handal di lingkungan Gubernur Khofifah segera merumuskan kebijakan yang extra-ordinary, agar perekonomian Jawa Timur segera bangkit dan penduduk miskin ekstrem bisa segera ditekan.

"Harapan saya teknokrat teknokrat yang ada di lingkungan sekitar itu Gubernur benar-benar merumuskan  langkah-langkah yang tidak biasa. Langkah-langkah yang extra Ordinary dengan skill dan pemahaman tentang ekonomi membuat terobosan inovasi yang memang memiliki dampak besar tidak hanya sebatas bernuansa slogan dengan bahasa-bahasa yang keren saja," pungkasnya.