Oligarki Terjadi Karena Saling Pegang 'Kartu AS' di Lingkaran Kekuasaan

Faisal Basri dalam dialog Renungan Hari Sumpah Pemuda di Gedung Dekopin Wilayah DKI Jakarta/RMOL
Faisal Basri dalam dialog Renungan Hari Sumpah Pemuda di Gedung Dekopin Wilayah DKI Jakarta/RMOL

Oligarki di Indonesia semakin terawat karena pola black mailing atau saling memegang "kartu AS" diantara orang-orang berpengaruh di lingkaran kekuasaan.


Demikian dikatakan ekonom senior Faisal Basri dalam dialog Renungan Hari Sumpah Pemuda di Gedung Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Wilayah DKI Jakarta di Bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (28/10).

"Mereka ini saling black mailing, jadi sesama oligarki ini pegang kartu masing-masing," ujar Faisal sebagaimana diberitakan Kantor Berita Politik RMOL.

"Lu (kamu) kalau buka kartu gue (saya), gue (saya) buka kartu lu (kamu), gitu. Jadi persekongkolannya kian kuat," sambungnya.

Tetapi, kata Faisal Basri, kebersamaan sesama orang jahat tidak akan pernah berlangsung lama. Pasalnya, kerakusan diantara oligarki itu akan membuat diantara mereka yang mendapatkan jatah kecil akan membuka apa yang sebetulnya mereka tutupi.

"Orang jahat itu tidak bisa bersekongkol lama-lama, karena orang jahat itu tidak pernah mau berbagi rata, nanti orang yang dapatnya sedikit, itu pasti membuka dan itu kodrat perilaku orang jahat ya seperti itu," katanya.

Lanjutnya, oligarki pada kekuasaan yang ada pada saat ini, akan segera berakhir karena saling buka "kartu AS". Bahkan, soliditas oligarki ini dia perkirakan akan berakhir sebelum Pemilu Serentak digelar pada 2024.

"Jadi InsyaAllah tidak sampai 2024, terkuak semua ini, kelamaan buat mereka untuk bisa bersama-sama sampai 2024, kelamaan," pungkasnya.

Hadir dalam acara ini tokoh-tokoh aktivis seperti Ferry Juliantono, Jumhur Hidayat, Syahganda Nainggolan, Adhie Massardi, Rocky Gerung, Bambang "Beathor" Suryadi serta pakar hukum tata negara Refly Harun bersama pululuhan aktivis lainnya.