Sebanyak 72 Persen Pekerja di AS Ancam Keluar dari Perusahaan Jika Dipaksa Vaksinasi

Foto ilustrasi/Net
Foto ilustrasi/Net

Sebuah survei yang dilakukan Kaiser Family Foundation, wadah think tank yang berkonsentrasi pada masalah kesehatan, menemukan bahwa 37 persen pekerja di Amerika Serikat (AS) akan melakukan mogok kerja dan 72 persen akan benar-benar keluar dari pekerjaannya, seperti dilaporkan CNN, Kamis (28/10).


Jika di beberapa perusahaan pimpinan mewajibkan karyawannya untuk divaksin dan akan memberikan sanksi bila ada yang menentangnya, mulai teguran, pemotongan gaji, hingga pemecatan, kelompok pekerja ini justru malah mengancam akan keluar dari pekerjaan mereka jika mereka dipaksa untuk melakukan vaksinasi.

Bisa jadi itu hanya merupakan ancaman. Namun, jika kelompok itu benar-benar menindaklanjuti ancaman mereka untuk berhenti dari pekerjaannya, itu akan menyebabkan antara 5 persen hingga 9 persen  pekerja benar-benar meninggalkan pekerjaan mereka.

Banyak karyawan yang mengeluarkan ancaman itu tetapi saat benar-benar berhenti bekerja, mereka tidak dapat menerima risiko itu.

"Apa yang dikatakan orang dalam sebuah survei, dan apa yang akan mereka lakukan ketika menghadapi kehilangan pekerjaan bisa menjadi dua hal yang berbeda," kata Liz Hamel, wakil presiden dan direktur opini publik dan penelitian survei di KFF, dalam sebuah wawancara.

Saat ini, sangat sulit bagi pengusaha untuk menemukan dan mempertahankan pekerja. Lowongan pekerjaan banyak tetapi sedikit sekali yang meresponnya.

Itu menjadi salah satu alasan mengapa perusaan tidak menerapkan mandat vaksin sementara pemerintahan Biden mewajibkan perusahaan yang memiliki 100 atau lebih karyawan untuk mengamanatkan vaksin ke setiap karyawannta.

Aturan itu akan berlaku untuk sekitar 80 juta pekerja AS, atau dua pertiga dari semua pekerja di seluruh negeri.