Rokat Pandhebe, Tradisi Selamatan Jelang Pernikahan Anak di Bondowoso

Tradisi rokat pandhebe macan di Bondowoso/RMOLJatim
Tradisi rokat pandhebe macan di Bondowoso/RMOLJatim

Kelahiran anak pada hakikatnya untuk meneruskan perjuangan orang tua dan menjadi suatu kebanggaan saat sang anak tumbuh dewasa.


Di Bondowoso, Tepatnya desa Kemirian Kecamatan Tamanan, tradisi rokat pandhebe yang merupakan ritual mendoakan dan memandikan anak dihalaman rumah dengan air kembang di malam hari masih lestari.

Dikatakan Moh. Kholis Arif, tokoh spiritual desa setempat, tradisi ini diyakini oleh warga sejak turun temurun karena dipercaya akan menjadikan seseorang yang usai melaksanakan tradisi rokat pandhebe akan selalu mendapat perlindunganNya dan keinginannya mudah tercapai.

"Ini salah satu ikhtiar sesepuh, kami meyakini karena juga dibarengi doa bersama," ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jum'at (19/11).

Lebih dari itu, ritual yang merupakan tradisi suku Madura tersebut mengalami sedikit perbedaan dengan yang terjadi di Bondowoso karena dipadukan dengan tradisi suku Jawa yang merupakan wilayah geografis Bondowoso sendiri.

"Terdapat perpaduan ritual dari tradisi ini, kalau di Bondowoso dilakukan biasanya jelang sang anak akan di nikahkan," sambung guru Madin tersebut.

Dalam ritual itu, di awali oleh siraman pertama oleh orang tua anak tersebut dan dilanjutkan oleh keluarga dan kerabat yang hadir. Yang menjadi keunikan kata Kholis, keluarga selain orang tua yang ingin terlibat penyiraman harus memberikan uang seikhlasnya untuk pemilik hajat.

"Kami biasa menyebutnya Napel, memberi uang sekedarnya buat anak yang sedang di rokat pandhebe macan ini" pungkasnya.