Meulaboh, Kota Tua Yang Terus Berbenah

Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Aceh Barat/Wisato
Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Aceh Barat/Wisato

Meulaboh, Ibu Kota Aceh Barat, adalah salah satu kota perlintasan yang cukup aktif. Kota ini memiliki sejarah panjang pergulatan Aceh di masa penjajahan hingga kebangkitan setelah dihantam dua bencana ganda, gempa bumi dan tsunami, pada akhir 2004.


Terletak di bibir Samudera Hindia, pesona kota ini menjadi sihir yang menghiptonis mata para pemandangnya lewat pantai yang bersih, laut biru berpadu dengan pemandangan barisan Bukit Barisan. 

“Sejumlah akomodasi dan restoran juga terus berkembang, seiring dengan semakin ramainya orang-orang yang melintasi Meulaboh,” kata Eddy Saputra, warga Meulaboh, dilanisr dari Kantor Berita RMOLAceh, Selasa (23/11).

Dari Banda Aceh, kota ini dapat dicapai setelah berkendara sekitar empat jam. Di sepanjang jalan dari Ibu Kota Aceh itu, pelintas disuguhkan dengan pemandangan laut dan perbukitan yang eksotis. 

Meulaboh juga menjadi kota persinggahan para pelintas menuju Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil, dan Subulussalam. Sedangkan dari Medan, Sumatera Utara, Meulaboh perjalanan memakan waktu selama sekitar 12 jam melintasi Tanah Karo dan Dairi. 

Eddy mengatakan Meulaboh dapat menjadi salah satu tujuan wisata. Terutama warga Banda Aceh yang ingin menghilangkan kepenatan di luar kota. Selain jarak yang relatif mudah dijangkau, baik menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, sejumlah hotel dan restoran juga menawarkan pelayanan yang baik.

Di Meulaboh, sejumlah lokasi wisata dapat dijangkau dengan mudah. Satu di antaranya adalah Pantai Ujung Karang. Pantai ini sempat luluh lantak dihantam tsunami. Namun saat ini, tempat wisata itu ramai dikunjungi, terutama pada akhir pekan. 

Di sini, kata Eddy, banyak keluarga yang menikmati suasana pantai. Bermain di laut, atau sekadar menikmati sejumlah jajanan sambil menikmati panorama alam yang indah. 

Pantai lain yang juga yang relatif dekat dari pusat kota adalah Pantai Lanaga. Bahkan di sini, para wisatawan dapat bermain banana boat, berlancar, dan wahana air lainnya. 

Atau jika ingin menikmati kejernihan air sungai, berwisata ke Krueng Tutut dapat menjadi alternatif. Jaraknya sekitar satu jam berkendara dari Meulaboh. Di sini, para wisatawan dapat menikmati air sungai yang bersih dengan panorama pegunungan yang hijau. 

Perjalanan ke Meulaboh juga tak lengkap tanpa menjejakkan kaki di areal persawahan Suak Sigadeng. Lokasi ini berada di Kecamatan Johan Pahlawan yang bersebelahan dengan Meulaboh. 

Tentu saja yang tak boleh dilewatkan, terutama bagi wisatawan muslim, adalah Masjid Agung Baitul Makmur. Masjid ini dibangun dengan mengadopsi arsitektur Timur Tengah berpadu dengan ornamen Aceh. 

Budaya Aceh dan Minang yang bertemu di Meulaboh menjadikan kuliner di daerah ini pantas dicoba. Sajian gule asam keueung ikan kerling, sambai rebong atau mie Rundeng, layak untuk dicoba. Adapun kue kara bisa jadi camilan yang enak  dinikmati saat menghabiskan malam di Meulaboh. 

“Untuk penginapan, di Meulaboh banyak pilihan. Dapat disesuaikan dengan budget. Tapi yang jelas, Meulaboh bisa jadi alternatif liburan, terutama bagi mereka yang tak bisa keluar provinsi,” kata Eddy.