Kota Tua Surabaya: Pesonamu yang Tak Lekang oleh Zaman

Teks foto: Sungai Kali Mas
Teks foto: Sungai Kali Mas

Surabaya adalah Kota Pahlawan yang menjadi saksi bisu sejarah perjuangan bangsa Indonesia.


Kota yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini memiliki pesona tersendiri yang menarik para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. 

Salah satu daya tarik Surabaya adalah kawasan Kota Tua, yang menyimpan berbagai cerita dan kekayaan budaya dari masa lalu.

Kawasan Kota Tua Surabaya membentang di dua kecamatan, yaitu Pabean Cantian dan Krembangan, di Surabaya Utara. Kawasan ini terbelah oleh Sungai Kalimas, yang menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat Surabaya sejak dulu.

Di sebelah barat sungai, terdapat zona kota tua dengan arsitektur gaya Eropa, yang menjadi pusat perdagangan dan bisnis pada masa penjajahan Belanda. 

Di sebelah timur sungai, terdapat zona kota tua dengan arsitektur gaya Tiongkok, yang menjadi tempat tinggal para pedagang dan pekerja dari Negeri Tirai Bambu.

Kawasan Kota Tua Surabaya memiliki nilai sejarah, budaya, dan ekonomi yang tinggi. 

Banyak bangunan-bangunan tua yang masih berdiri kokoh hingga kini, menjadi saksi bisu perkembangan kota ini.

Beberapa bangunan tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah, dan dijadikan sebagai museum atau tempat wisata. 

Selain itu, kawasan ini juga memiliki potensi kuliner, seni, dan kerajinan yang menarik untuk dieksplorasi.

Namun, tidak semua bangunan di kawasan Kota Tua Surabaya terawat dengan baik. 

Beberapa bangunan mengalami kerusakan akibat faktor usia, cuaca, atau ulah manusia. 

Selain itu, ada juga masalah sosial yang muncul di kawasan ini, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, sampah, dan banjir. 

Hal ini tentu mengancam kelestarian dan keindahan kawasan Kota Tua Surabaya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berupaya untuk me-reaktivasi dan mengembangkan destinasi wisata kawasan Kota Tua Surabaya. 

Hal ini dilakukan dengan memadukan pelestarian budaya dan ekonomis, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga warisan sejarah kota ini.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa kawasan kota tua Surabaya memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Kami ingin menghidupkan kembali Surabaya Kutho Lawas. Kawasan ini memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata yang berdaya saing," kata Wali Kota Eri Cahyadi dikutip Kantor Berita RMOLJatim, beberapa waktu lalu.

Salah satu upaya yang dilakukan pemkot adalah dengan membuat master plan pengembangan kawasan Kota Tua Surabaya tahun 2020-2024. 

Master plan ini dibuat dengan melibatkan berbagai pihak, seperti akademisi, praktisi, komunitas, dan masyarakat setempat.

Master plan ini bertujuan untuk mengatur tata ruang, fungsi bangunan, infrastruktur, fasilitas umum, transportasi, dan kegiatan ekonomi di kawasan Kota Tua Surabaya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati menyebut, pengembangan kawasan kota tua dilakukan dengan mengedepankan konsep heritage tourism atau pariwisata berbasis warisan. 

Konsep ini mengutamakan pelestarian nilai-nilai sejarah dan budaya yang ada di kawasan tersebut.

"Kita ingin menjadikan kawasan Kota Tua Surabaya sebagai destinasi wisata yang menarik dan edukatif. Kita ingin mengajak wisatawan untuk mengenal lebih dalam sejarah dan budaya Surabaya melalui bangunan-bangunan tua yang ada di sini. Kita juga ingin memberdayakan masyarakat setempat untuk ikut terlibat dalam pengembangan kawasan ini," kata Wiwiek dalam konferensi pers di Kota Surabaya, Selasa, 3 Oktober 2023 lalu.

Menurut Wiwiek, pengembangan kawasan Kota Tua Surabaya juga dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup. 

Hal ini dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam pengelolaan sampah, air bersih, sanitasi, drainase, dan energi terbarukan.

"Kita ingin kawasan Kota Tua Surabaya tidak hanya menjadi destinasi wisata, tapi juga menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam hal pelestarian lingkungan," tutur Wiwiek.

Pada tahun 2023, Pemkot Surabaya fokus mengembangkan dua kawasan kota tua, yakni zona Eropa atau sebelah barat sungai Kalimas dan zona Pecinan atau sebelah sisi timur sungai Kalimas.

Dua zona kota tua ini dikoneksikan dengan kawasan Ampel yang identik dengan Arab.

Zona Eropa memiliki pusat di Taman Jayengrono, yang merupakan taman tertua di Surabaya. 

Taman ini memiliki luas sekitar 1,5 hektare, dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan bersejarah, seperti Museum De Javasche Bank, Gedung Cerutu, Markas Polrestabes Surabaya, dan Gedung Singa. 

Di taman ini juga terdapat monumen peringatan pertempuran 10 November 1945 antara rakyat Surabaya melawan tentara Belanda.

Pengembangan zona Eropa dilakukan dengan merenovasi bangunan-bangunan tua yang ada di sekitar taman, serta menambah fasilitas-fasilitas pendukung, seperti toilet umum, tempat sampah, penerangan, dan CCTV. 

Selain itu, juga dilakukan penataan jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan jalur kendaraan bermotor.

Untuk mengurangi polusi udara, Pemkot Surabaya juga menerapkan sistem park and ride, yaitu menyediakan tempat parkir di luar kawasan Kota Tua dan menyediakan angkutan umum gratis untuk menuju ke kawasan tersebut.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga menggandeng komunitas-komunitas seni dan budaya untuk menggelar berbagai kegiatan di zona Eropa.

Beberapa kegiatan yang rutin dilakukan adalah melalui sejumlah pagelaran festival musik hingga bazar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 

Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk menarik minat wisatawan sekaligus memberikan ruang bagi para seniman untuk berekspresi.

"Kita ingin zona Eropa menjadi tempat yang hidup dan dinamis. Kita ingin menampilkan sisi modern dari Surabaya melalui seni dan budaya. Kita ingin menunjukkan bahwa Surabaya adalah kota yang kreatif dan inovatif," kata Wiwiek.

Zona Pecinan memiliki pusat di Kya-kya Jalan Kembang Jepun, yang merupakan pusat kuliner dan belanja di Surabaya. 

Di jalan ini terdapat berbagai macam makanan khas Surabaya dan Tiongkok, seperti rujak cingur, rawon, soto ayam, mie ayam, bakso malang, siomay bandung, dim sum, dan lain-lain. 

Selain itu, di jalan ini juga terdapat berbagai macam barang-barang unik dan murah yang dijual oleh UMKM.

Pengembangan zona Pecinan dilakukan dengan merenovasi bangunan-bangunan tua yang ada di sepanjang jalan Kembang Jepun, serta menambah fasilitas-fasilitas pendukung seperti toilet umum, tempat sampah, penerangan, dan CCTV.

Selain itu, juga dilakukan penataan jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan bermotor. 

Untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara, Pemkot Surabaya juga menerapkan sistem car free night atau malam bebas kendaraan bermotor setiap akhir pekan.

Di samping itu, Pemkot Surabaya juga menggandeng komunitas-komunitas lokal, biro wisata hingga pelaku UMKM untuk menyemarakkan berbagai kegiatan di zona Pecinan. 

Beberapa kegiatan yang rutin dilakukan adalah Festival Rujak Uleg, bazar UMKM hingga festival pecinan.

Pemkot Surabaya sendiri menargetkan pengembangan kawasan kota tua ini selesai pada akhir tahun 2023. 

Setelah selesai, kawasan kota tua akan menjadi destinasi wisata yang berdaya saing dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Surabaya.