Ini Sosok Guru Spiritual Dalam Ritual Maut yang Tewaskan 11 Korban

Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo/RMOLJatim
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo/RMOLJatim

Kegiatan ritual maut di Pantai Payangan Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, yang menewaskan 11 korban, digagas Nur Hasan. Dia adalah ketua Padepokan Tunggal Jati Nusantara. Bahkan dia sudah sering melakukan ritual. Tujuannya membersihkan diri dan mendapatkan berkah dari Ratu laut Selatan. 


 Demikian disampaikan Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo, saat  Rakor Forkopimda Jember dengan Gubernur Jatim, Khofifah Indar parawansa, di pendopo Wahya Wibawagraha Jember, Senin (14/2).

Dia menjelaskan, berdasarkan hasil Pulbaket (pengumpulan bahan keterangan), selama ini pria berusia 35 tersebut sering mengadakan pengajian atau ritual di rumahnya melalui kegiatan dzikir maupun kegiatan spritual seperti pengobatan. 

Anggotanya mencapi 100 orang. Mereka datang dengan berbagai tujuan dan latar belakang masalah ekonomi keluarga. Ada juga yang datang karena masalah guna-guna,  santet dan ilmu hitam lainnya. Selain itu ada yanv bertujuan ingin memiliki kedigdayaan, berupaya  ilmu kanuragan.

"Namun pada malam kejadian, tidak semuanya datang, tapi hanya 24 orang, (termasuk seorang sopir)," kata AKBP Hery dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Dalam kasus ini, lanjut dia,  pihaknya sudah melakukan pemeriksaan 13 saksi,  yakni saksi yang melakukan evakuasi maupun korban selamat.

"Dari keterangan salah seorang saksi korban selamat, kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan diri dan mendapatkan berkah dari Ratu Pantai Selatan," ucap dia. 

"Terkait adanya keterangan itu,  Untuk selanjutnya, pihaknya masih akan mendiskusikan bersama pihak terkait mengenai aliran-aliran seperti ini," sambungnya.

Hery menyebut bahwa kegiatan  tersebut sebagai aliran Kejawen,  karena setiap kegiatan ada membaca mantra atau doa berbahasa Jawa. 

Dia berjanji akan dimaksimalkan penanganan tersebut. Namun hingga Senin siang, Nur Hasan, sebagai ketua Padepokan belum bisa diambil keterangannya. Sebab, dia masih mengeluh sesak nafas,  karena kebanyakan minum air laut.  Selain itu  dia  juga, masih terluka dan perlu penanganan serius.

"Jika hasil penyelidikan sudah tuntas, pihaknya akan dikoordinasikan dengan pihak kejaksaan, untuk memastikan kasus tersebut memenuhi unsur pidana atau tidak," imbuhnya. 

Sementara Kepala Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, Nanda Setiawan, menjelaskan bahwa Nur Hasan adalah warganya. Dia pendatang namun sudah lama menetap di desanya.

Sebelum menjadi guru spiritual, dia adalah warga biasa bukan guru, atau kyai. Sebelumnya dia bekerja sebagai MC musik dangdut. Bahkan dia pernah menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia selama beberapa tahun.

"Dia pulang sebagai PMI tahun 2014. Tapi lama-lama kok jadi guru spiritual. Ini saya yang kurang detail," katanya.

"Dia mulai didatangi sejak 2 tahun terakhir sejak Covid 19," jelasnya.