Alasan dari Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengenai naiknya harga kedelai di tanah air dinilai asal dan tidak nyambung. Sebab, M. Lutfi mengungkit masalah di negera importir sebagai kambing hitamnya.
- Dongkrak Pariwisata, Bupati Hendy Tawarkan Kerjasama dengan Politeknik Pariwisata Bali
- Tak Sepakat dengan Firli Soal Preshold Nol Persen, Begini Pernyataan PDIP
- Tampung Aspirasi Pendamping PKH, Said Abdullah Gerak Cepat Tanggapi Respon
Mulai dari cuaca buruk El Nina di kawasan Amerika Selatan hingga kebutuhan besar di China gara-gara ada lima miliar babi baru. Di mana babi-babi itu membutuhkan pakan kedelai.
Bagi ekonom senior DR. Rizal Ramli, alasan dari Mendag Lutfi itu sebatas asal kena atau asal jeplak. Sebab, jawaban itu tidak menjawab sama sekali mengapa harga kedelai menjadi mahal di tanah air.
“Menteri Perdagangan asal mangap. Ngeles kok ngasal,” tutur Menko Perkonomian era Presiden Gus Dur itu lewat akun media sosial, Minggu (20/2).
Dalam uraiannya, Mendag sempat mengatakan bahwa babi di China semula memang tidak makan kedelai. Namun kemudian ada perubahan dan babi diberi pakan kedelai.
“Apalagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan China itu makan kedelai," katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahun adalah 3 juta ton, sementara budidaya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya.
- Tebarkan Kepedulian, Relawan Srikandi Ganjar Jatim Bagikan Bansos untuk Masyarakat Prasejahtera
- Fraksi Gerindra DPRD Jatim: R-APBD 2023 Harus Clear and Clean Sebelum Disahkan
- Aditya-Riyadi Kantongi Rekom Demokrat Di Pilkada Tuban