Rugikan Petani, PMII Tuntut Bupati Ponorogo Segera Urai Sampah di TPA Mrican

Demo mahasiswa yang tergabung dalam PMII Ponorogo di depan kantor bupati/RMOLJatim
Demo mahasiswa yang tergabung dalam PMII Ponorogo di depan kantor bupati/RMOLJatim

Puluhan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ponorogo menggelar demo di depan kantor Bupati Ponorogo, Jumat (1/4). Mereka menyoroti Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican yang sudah overload.


Ketua Pengurus Cabang PMII Ponorogo Agus Murjiranto mengatakan bahwa status di TPA Mrican sudah overload sehingga air lindi atau limbah sering meluber ke selokan.

TPA Mrican merupakan tempat pembuangan sampah terakhir di Bumi Reog.

Agus menjelaskan, banyak sekali limbah meluber ke selokan irigasi pertanian, irigasi ke sawah.

Hal ini, kata Agus, berdampak pada hasil panen buruk sekali.

"Panen petani itu turun 50 persen dari hasil maksimal," ujar Agus dikutip Kantor Berita RMOL Jatim.

Bahkan, menuru Agus, air lindi ini menyebabkan penyakit kulit. Karena airnya mengalir ke sawah milik warga.

Menurutnya, gunungan sampah ini tercium hingga radius 2 km. Baunya sangat menyengat. Sampah yang menggunung itu ketika diterpa angin terbang ke warga, lingkungan, dan persawahan.

"Kami mengharapkan upaya dari pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk betul-betul mencarikan solusi dan mengawal permasalahan ini sampai selesai," tambahnya.

Dia menagih janji Bupati Sugiri Sancoko untuk bisa mengurai permasalahan sampah.

Sebelumnya, Pemkab Ponorogo berencana untuk mengurangi jumah volume sampah yang masuk ke TPA Mrican dengan cara melakukan pengolahan sampah secara mandiri oleh masyarakat dalam bentuk pemilahan sampah organik dan an-organik dengan tujuan agar sampah yang masuk ke TPA mrican hanya sampah an-organik saja.

 Hal ini karena sampah organik diolah mandiri untuk dijadikan kompos, sedangkan sampah an-organik rencananya akan dikelola menjadi Briket sebagai sumber energi terbarukan (renewable).

"Namun, fakta di lapangan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan di atas. Sampah organik maupun an-organik di TPA tersebut menggunung dan mengeluarkan air lindi," tambahnya.

Pengolahan brikey, kata dia, yang berhenti selama 2 bulan segera diakhiri. Menjalankan mesin briket yang dibanggakan.

"Kita akan mengawal terus artinya tadi kita komunikasi audiensi, pingin mengawal ini, bahwasanya besok, di jam pagi, akan audiensi dg bapak bupati, akan mengusut terus permasalahan ini sampai selesai di kawal," pungkasnya.

Sebelumnya, tumpukan sampah di Tempat Pembungan Akhir (TPA) meresahkan warga Desa Mrican, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.

Bukan hanya sudah overload, air limbah dari sampah juga mencemari sungai dan mengalir ke persawahan warga. Akibatnya, warga mengalami gatal-gatal dan gagal panen.