Kunjungi Pusvetma Surabaya, Agatha Retnosari Pantau Langsung Distribusi Vaksin PMK di Jatim

Anggota DPRD Jatim Agatha Retnosari saat kunungi Pusvetma Surabaya/RMOLJatim
Anggota DPRD Jatim Agatha Retnosari saat kunungi Pusvetma Surabaya/RMOLJatim

Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur Agatha Retnosari mendatangi Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), Kamis (23/6). Kunjungan itu dilakukan untuk memantau secara langsung distribusi vaksin untuk mencegah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang diberikan kepada sapi di Jawa Timur.


“Ini tindak lanjut setelah Komisi B melakukan kunjungan ke Tuban terkait vaksin PMK. Nah setelah ngobrol dengan kepala Pusvetma barusan, dijelaskan bahwa Jatim mendapatkan 1000 dosis vaksin PMK ini untuk launching beberapa waktu lalu. Dan hari ini kabarnya datang lagi sebanyak 360,000 dosis,” ujar Agatha.

Meski mengaku kurang lega dengan alokasi vaksin yang hanya 360.000 dosis, menurutnya tidak ada cara lain sembari menunggu vaksin mandiri yang saat ini sedang diproduksi oleh Pusvetma. Politisi PDIP ini menambahkan untuk mendatangkan vaksin impor ini juga tidak bisa langsung.

“Harus indent dulu. Sedangkan untuk vaksin mandiri ini prosesnya juga lama dan tidak bisa dimajukan,” ungkapnya.

Agatha menegaskan agar Pemerintah Provinsi Jawa Timur segera mengeluarkan dana darurat  atau belanja tidak terduga (BTT).

“Ini harus segera cair untuk membantu para peternak. selain itu harus ada edukasi terhadap para peternak terkait vaksinasi. Karena setelah divaksin biasanya sapi akan diberi tanda pada telinganya, nah inilah yang membuat peternak enggan karena berpengaruh terhadap harga jual. Karena biasanya sapi yang ditindik itu kan identik dengan sapi bantuan, nah inilah yang harus kita edukasi,” terangnya.

Sementara itu Kepala Pusvetma Edy Budi Susila mengatakan sebanyak 360.000 dosis vaksin untuk mengatasi wabah PMK datang  ke Jawa Timur, Kamis (23/6). Vaksin ini merupakan vaksin darurat yang didatangkan pemerintah pusat dari luar negeri sambil menunggu hasil vaksin yang sedang dibuat oleh Pusat Veteriner Farma (Pusvetma).

“Vaksin ini sedang dalam distribusi,” katanya.

Edy menambahkan untuk vaksin yang diproduksi ini secara mandiri ini  masih sedang dibuat. Ia mengatakan vaksin mandiri ini sejak pernah dibuat terakhir untuk PMK tahun 1986.

“Kemudian tahun yang sama Kementerian Pertanian mendeklarasikan bahwa Indonesia sudah bebas PMK. Dari deklarasi Kementan tersebut kita  ajukan kepada lembaga kesehatan hewan dunia, ini membutuhkan waktu 4 tahun untuk mengevaluasi. Sehingga Indonesia dinyatakan bebas PMK tahun 1990,” ujarnya.

Lebih lanjut Edy mengatakan sejak dinyatakan bebas dari PMK ini, Pusvetma sudah tidak lagi memproduksi vaksin. Menurutnya untuk memproduksi vaksin mandiri  ini membutuhkan waktu yang lama.

“Dan peralatan yang digunakan untuk membuat vaksin mandiri pada wabah PMK tahun 80an itu sudah tidak bisa digunakan lagi saat ini,” katanya.

Saat ditanya terkait Jatim yang hanya mendapatkan 900 dosis vaksin, Edy mengatakan kalau hal tersebut hanya untuk launching vaksin beberapa waktu lalu. Dan saat ini menurutnya ada tambahan lagi 360.000 dosis.

“Jatah Jatim ini paling banyak dari daerah lainnya. Jadi Pemerintah kan mendatangkan tiga juta dosis vaksin PMK dari luar negeri. Nah ini datangnya bertahap dan baru datang 800.000 dosis. Nah Jatim ini mendapatkan 360.000 dosis.  Ada mekanisme distribusi vaksin ini, yakni Dinas Peternakan Jatim ke Dinas Peternakan Kabupaten/Kota,” jelasnya.

Vaksin ini harus disimpan melalui rantai dingin dengan suhu dua hingga delapan derajat. Menurutnya vaksin ini akan diberikan kepada sapi-sapi yang sehat.

“Untuk vaksin yang mandiri ini akan diluncurkan pada akhir Agustus. Karena memang proses pembuatannya membutuhkan waktu yang panjang. Terkait pembiayaan sudah ada dari APBN,” jelasnya.

Edy mengatakan dalam menghadapi hari raya Idul Adha, hewan-hewan ternak ini akan digunakan untuk kurban akan divaksin terlebih dulu.

“Vaksin ini diberikan secara gratis. Kalau ada yang memberikan obat tradisional, saya kurang begitu paham. Hanya saja logikanya obat tradisional ini kan bisa meningkatkan daya tahan tubuh, kalau daya tahan tubuh meningkat pasti akan sembuh. Peternak sebenarnya tidak perlu panik dengan buru-buru menjual sapi yang sudah terpapar PMK, karena sapi yang terpapar PMK ini bisa sembuh kalau memang diobati dan dijaga kebersihannya. Sapi yang terpapar PMK ini biasanya mengalami sakit selama 2 minggu,” pungkasnya.


ikuti update rmoljatim di google news