Pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani jangan berlindung di balik kata ekonomi terkendali saat menghadapi realita kenaikan inflasi nasional.
- Operasi Tangkap Tangan Nurdin Abdullah Dinilai Janggal, PDIP: Seharusnya Operasi Tangkap Tidur
- Soal Pelaporan Rocky Gerung, Pakar Hukum Akui Ada Titik Lemah di Pasal Penghinaan Presiden
- Jokowi Minta Polri Serius Kawal Pembangunan IKN
Begitu dikatakan anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang baru saja merilis laju inflasi Juli yang meningkat dibanding Juni 2022.
"Kenaikan inflasi di Juli ini sebesar 4,94 persen yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 4,35 persen. Ini sekaligus jadi yang tertinggi sejak Oktober 2015," ujar Kamrussamad kepada wartawan, Selasa (2/8).
Laju inflasi yang terus meningkat, kata dia, adalah tanda ada masalah dari sisi produksi komoditas, dari sisi ketersediaan stok, juga dari sisi distribusi yang akan pengaruhi harga di pasar.
"Catatan BPS, lonjakan inflasi dipicu kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, hingga cabai rawit," terangnya.
"Kalau arus supply dan demand terkendali, tidak akan terjadi lonjakan harga yang memukul daya beli masyarakat," imbuh legislator Partai gerindra ini.
Dia pun meminta pemerintah bisa lebih serius dalam menangani laju inflasi agar tak menambah tekanan pada kehidupan masyarakat.
"Tingginya inflasi ini mencerminkan kondisi masyarakat yang sudah sangat tertekan. Kementerian-kementerian harus serius mengatasi," tandasnya dimuat Kantor Berita Politik RMOL.
- Indeks Risiko Bencana di Jatim Terus Menurun Selama 5 Tahun Terakhir
- Maju Calon Bupati Banyuwangi 2024, Kader Gerindra Daftar Lewat PDIP dan PKB
- Bali United Bantai Persebaya di Hadapan Bonek