Bantu Rakyat Myanmar, ASEAN Berhasil Kumpulkan Dana Rp 419 Miliar 

Menlu RI, Retno Marsudi/Net
Menlu RI, Retno Marsudi/Net

Serangan udara yang dilakukan oleh Junta militer Myanmar pekan lalu di konser Kachin, mengundang banyak kecaman dari berbagai pihak.


ASEAN khususnya, sebagai organisasi regional tempat Myanmar bergabung, mengkhawatirkan bahwa tindak kekerasan yang terus meningkat di negara itu akan memperburuk krisis kemanusiaan dan mempersulit upaya perdamaian.

Segera setelah mendengar kabar tentang kekerasan Junta di Kachin, ASEAN kemudian mengagendakan pertemuan para menteti luar negeri pada Kamis (27/10).

Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai kecaman atas tindak kekerasan yang dilakukan dan upaya ASEAN untuk mengumpulkan bantuan  kemanusiaan lanjutan ke Myanmar.

Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam press briefingnya mengatakan jika ASEAN kini telah berhasil mengumpukan dana yang cukup banyak senilai 27 juta dolar AS atau setara dengan Rp 419 miliar untuk membantu Myanmar.

"Sekjen ASEAN dalam pertemuan tadi melaporkan bahwa sejauh ini telah diterima komitmen sebesar 27 juta dolar AS untuk bantuan kemanusiaan di Myanmar, terutama untuk fase pertama, yaitu fase life-saving," ujarnya dimuat Kantor Berita Politik RMOL.

Retno menjelaskan bahwa bantuan kemanusiaan ASEAN dibagi dalam dua fase yakni fase pertama, live saving dimana mereka mampu mengumpulkan miliaran rupiah untuk saat ini, dan fase kedua adalah sustaining yang masih terhambat karena junta tidak memberikan akses.

"Fase life sustaining, di mana AHA Centre harus melakukan assessment secara komprehensif. Namun assessment ini belum dapat diselesaikan dengan sempurna karena tidak adanya akses dari Junta militer," jelasnya.

Padahal menurut Retno, upaya bantuan ASEAN ini akan berjalan dengan lancar jika junta juga dapat bekerjasama memberikan jalan bagi distribusi bantuan kemanusiaan.

"Akses merupakan kunci agar bantuan kemanusiaan dapat mencapai rakyat yang memerlukan. Dan isu ini akan ditindaklanjuti oleh Sekjen ASEAN dan AHA Centre," tegasnya.

Konflik antara Junta dan kelompok pemberontak di Myanmar telah terjadi selama bertahun tahun. Serangan terbaru di Kachin pada Minggu lalu (23/10) bahkan memakan hingga 80 korban jiwa.