Bung Karno dan Pancasila, Satu Kesatuan yang Tidak Terpisahkan

Anggota DPRD Jatim Fraksi PDI Perjuangan Agustin Poliana
Anggota DPRD Jatim Fraksi PDI Perjuangan Agustin Poliana

Bung Karno dan Pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak tidak dapat dipisahkan, hal itu disampaikan oleh Anggota DPRD Jatim Fraksi PDI Perjuangan Agustin Poliana saat memberikan Workshop Tolenransi dan Keberagaman di Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama Sabtu (17/06).


Lebih lanjut dikatakannya, karena memang bulan Juni Ini adalah bulan yang terbesar buat bangsa Indonesia. 

"Artinya apa di bulan Juni ini Pancasila lahir 1 Juni di bulan Juni pula Bung Karno lahir di bulan Juni pula Bung Karno meninggal artinya di bulan Juni Inilah satu kesatuan yang tidak pernah tidak jadi dipisahkan", ujarnya usai memberikan workshop.

Agustin juga mengungkapkan secara ideologi Pancasila dilahirkan dan bisa bermasyarakat dengan baik artinya dituangkan dalam bentuk Pancasila ini. Bung Karno sudah memikirkan secara matang bahwa ke depan bahasa Indonesia itu perbedaan apapun masih pasti akan menyatu dengan tetap berlandaskan ideologi Pancasila. 

"Setiap masyarakat itu pasti ada perbedaan perbedaan keyakinan ya kan perbedaan suku budaya itu pasti, tapi Apapun yang terjadi karena kerukunan itu sudah dijalin sejak dilahirkannya Pancasila," ungkapnya.

Dijelaskannya, dengan berlandaskan Pancasila, tidak akan pernah bisa memecah belah bangsa Indonesia kecuali ada yang ingin merusak Indonesia dengan membubarkan atau menghilangkan Pancasila. 

"Saya kira bangsa Indonesia banyak yang akan mempertahankan NKRI dengan Pancasila ideologinya jadi saya sampai hari ini masih percaya Pancasila untuk menyatukan bangsa Indonesia," jelasnya. 

Workshop kali ini bertujuan agar masyarakat tetap memahami bahwa Pancasila sebagai ideologi di mana bisa menyatu dengan hati dan pikiran mereka, hidup bergotong-royong bermasyarakat, saling menghargai, menghormati perbedaan yang ada.

"Harapan kita adalah bagaimana anak muda itu mencermati pancasila, itu ideologi bangsa Indonesia dan tidak mungkin bisa dengan diri mereka artinya juga mereka harus memahami perbedaan di setiap kehidupan sehari-hari, nah ini yang kita kita harapkan," sambungnya.

Workshop kali ini diikuti sebanyak 125 peserta, dari berbagai kecamatan di Surabaya sepert Dupak, kapasari, tegalsari, dan krembangan.