Ratusan Santriwati di Bondowoso Muntaber Massal, Dinkes Tetapkan Status KLB

Santriwati saat dievakuasi menuju faskes di Bondowoso/ist
Santriwati saat dievakuasi menuju faskes di Bondowoso/ist

Sejumlah ambulans dari berbagai fasilitas kesehatan (Faskes) hilir mudik membawa ratusan santriwati secara bergantian untuk mendapatkan pertolongan, pada Selasa (4/7).


Diketahui santriwati dari Pondok Pesantren Alhasani Allathifi Bondowoso yang kemudian dibopong oleh pihak pesantren memasuki ambulans usai mengalami keracunan.

Tampak sampai menjelang sore, proses evakuasi terus dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu sejumlah pihak untuk para santriwati tersebut.

Dokter Umum Kelurahan Kota Kulon, Reza Wahyudi mengatakan, pada siang harinya sekira pukul 12.00 WIB jumlah santriwati terkena masih 50-an orang dan terus bertambah hingga sore harinya menyentuh 102 santriwati.

"Untuk data sementara hingga saat ini jumlah korban keracunan masih puluhan orang. Mereka semua sudah kami evaluasi ke beberapa rumah sakit dan puskesmas," ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Terdapat tiga rumah sakit sebagai rujukan. Diantaranya, RS Koesnadi, Medika, dan Bhayangkara serta korban juga dilarikan ke tujuh Puskesmas terdekat. 

"Puluhan petugas dari tujuh Puskesmas dan Dinas Kesehatan mulai melakukan evakuasi," terangnya.

Dia menjelaskan, para santriwati terlihat mengalami lemas, muntah, pusing, diare dan demam saat kejadian tersebut bahkan beberapa diantaranya sampai tak mampu berjalan.

"Kalau penanganannya lebih cepat kemungkinan tidak akan berdampak fatal," tuturnya.

Reza mengatakan, penyebab sementara masih belum diketahui, namun berbagai langkah darurat masih dilakukan. Seperti mengambil sampel urin, darah dan feses.

"Hari ini yang terdata semuanya masih santriwati yang mengalami keracunan. Belum ada santri putra yang mengalami gejala keracunan," ujarnya.

Mengantisipasi adanya korban susulan, pihak Dinas Kesehatan membuka posko darurat yang berada di halaman pesantren. Hal itu agar, pihak petugas bisa melakukan perawatan secara intensif kepada korban yang sedang rawat jalan. \

"Jadi kita pilah dulu disini, mana yang harus di rujuk, mana yang harus di rawat di Pesantren," tukasnya.

Sementara, Kabid pencegahan pengendalian penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso, Tuhu Suryadi menjelaskan, kemungkinan terdapat bakteri di saluran pencernaan. 

Namun hingga saat ini penyebab keracunan santriwati tersebut masih belum diketahui. 

"Belum bisa kami simpulkan, proses penyelidikan masih berlangsung," terangnya.

Kemudian, pola makan santri di pesantren tersebut yaitu dua kali sehari. Asupan makanan dari santri dimasak langsung oleh pihak pesantren.

"Kalau jam makan di masak sendiri, tapi memang ada sebagian santri yang jajan di luar. Tapi itu tidak mungkin, karena melihat jumlah korban mencapai seratus lebih," pungkasnya.

Dinas Kesehatan Bondowoso belum menemukan penyebab pasti dari kejadian ini. Namun peristiwa tersebut ditetapkan dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB).