Tausiyah dari Habib Ja'far dan Seni Budaya Muslim Xinjiang, Hiasi Festival Hijrah di Surabaya

Wapemred Republika, Nur Hasan Murtiaji saat menggelar konferensi pers
Wapemred Republika, Nur Hasan Murtiaji saat menggelar konferensi pers

Setelah melakukan kegiatan di beberapa kota, kini Festival Hijrah kembali digelar di kota Surabaya pada Kamis, (10/8), di Gedung Jatim Expo Surabaya.


Kota Surabaya sendiri merupakan tempat terakhir dari rangkaian acara dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah.

Wapemred Republika, Nur Hasan Murtiaji yang merupakan penyelenggara festival hijrah menyatakan, festival ini  digelar sebagai syiar dalam memeriahkan tahun baru Islam. 

"Ini juga untuk meneladani bagaimana Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. "Serta mengambil hikmah untuk dimaknai dalam konteks kekinian," ujarnya saat menggelar konferensi pers.

Kegiatan Festival Hijriah di Surabaya nantinya dijadikan sebagai momentum untuk mengingat perjalanan waktu dan peradaban umat Islam. Karena itu, selain menampilkan tausiyah dari Habib Ja'far, Festival Hijriah di Surabaya akan dimeriahkan dengan pertunjukan seni budaya Muslim Xinjiang dan bazaar UMKM.

Yang menarik, Festival Hijriah ini dimeriahkan dengan penampilan parade seni dan budaya dari Muslim Xinjiang oleh kelompok seni Art Troupe Performance. Para undangan akan dipukau oleh hiburan lewat ragam lagu, seni tari, opera, hingga akrobat.

Menurut Hasan, pertunjukan seni Muslim Xinjiang pada dasarnya bertujuan untuk mengangkat perspektif yang lain. Hal ini terutama dari seni dan budaya Muslim Xinjiang.

"Pengalaman di Jogja kemarin, antusias pengunjung cukup banyak. Bukan hanya masyarakat Tionghoa beragama muslim. Yang non muslim juga hadir. Ini menandakan wujud persatuan masyarakat,' sambungnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, untuk mengantisipasi jumlah pengunjung, gedung Jatim Expo yang berkapasitas 4000 orang, akhirnya menjadi pilihan.

'Tiket online sudah ditutup. Tapi masyarakat bisa datang langsung ke lokasi. Gratis tidak dipungut biaya," sambungnya.

Pada festival hijrah kali ini, dibuka dengan  dialog antara Indonesia dengan Muslim Xinjiang untuk dapat saling silaturahim dan tukar informasi. Kelompok seni Art Troupe Performance akan membuka pertunjukan dengan tarian dan tabuhan rebana yang merepresentasikan berbagai kelompok etnis di Xinjiang.

Penyanyi solo lelaki juga akan menyuguhkan nyanyian kumpulan lagu-lagu klasik sebagai simbol yang menunjukkan kualitas keramahan orang Tionghoa dari semua kelompok etnis. Di samping itu, para penampil akan mempertontonkan seni daerah tarian 'Jula' dari 12 Muqam Uighur.

Pada 2005, seni klasik ini masuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Karya seni ini masuk dalam gelombang pertama Daftar Item Perwakilan Budaya Tak benda Nasional pada 2006.

Muqam sendiri merupakan seni pertunjukan suku Uighur yang mirip dengan opera. Seni ini menggabungkan antara musik tradisional, lagu, dan drama. Adapun terjemahan kata 'Jula' dari bahasa Uighur berarti mutiara yang bersinar.

Kelompok seni Art Troupe Performance juga menyiapkan pertunjukan akrobat bola kristal yang akan mengombinasikan seni dan beragam permainan. Untuk menghangatkan suasana, mereka juga menyiapkan beberapa lagu rakyat (folksong) yang terkenal di Indonesia.

Sebagai informasi, Xinjiang merupakan provinsi di wilayah barat laut China. Lokasi tersebut sejak lama dikenal sebagai titik bertemunya berbagai kebudayaan dari beragam suku bangsa. Hal ini menjadikan Xinjiang mempunyai budaya, khususnya dalam seni tari, yang unik.

Masyarakat Xinjiang dikenal sangat menggemari seni tari dan nyanyi. Di Xinjiang, mudah ditemukan pentas seni tari dan panggung untuk bernyanyi, mulai dari pusat-pusat wisata, pasar tradisional, hingga permukiman warga.

Seni tari dan nyanyi khas Xinjiang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Mahakarya Budaya Lisan dan Tak Bendawi untuk Kemanusian.