ITS Kenalkan Sejarah Budaya Jepang melalui Pameran Ningyo

Asisten Direktur Japan Foundation Naomi Kawase sedang menjelaskan tentang boneka ningyo bernama Takechi Jujiro dalam pameran yang dihelat di Departemen Desain Produk Industri ITS/Ist
Asisten Direktur Japan Foundation Naomi Kawase sedang menjelaskan tentang boneka ningyo bernama Takechi Jujiro dalam pameran yang dihelat di Departemen Desain Produk Industri ITS/Ist

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali ditunjuk oleh Japan Foundation menjadi tuan rumah dalam pameran Ningyo: Art and Beauty of Japanese Dolls. Dihelat di Departemen Desain Produk Industri ITS, pameran ini dibuka untuk umum mulai 23 Agustus - 12 September 2023.


Pameran yang mengusung tema sejarah boneka manusia dari Jepang ini diselenggarakan di tiga tempat berbeda. Pertama diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia di Jakarta, Juli lalu.

Setelah itu, pameran diselenggarakan di ITS dan yang terakhir rencananya di Cush Cush Gallery, Denpasar pada September dan Oktober mendatang.

Dekan Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (FDKBD) Imam Baihaqi ST MSc PhD menyampaikan bahwa budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang terus berkembang.

“Melalui pameran ini, saya berharap para mahasiswa dapat terinspirasi budaya Jepang untuk bisa juga mengembangkan dan melestarikan budaya Indonesia,” ungkap dosen Departemen Manajemen Bisnis ini dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (23/8).

Sementara itu, Deputi Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Ishii Yutaka juga mengungkapkan rasa senangnya terhadap penyelenggaraan pameran Ningyo ini. Ia menjelaskan bahwa sejarah boneka ningyo ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat Jepang.

“Tidak hanya dipamerkan keindahannya, boneka ini juga digunakan sebagai media untuk mendoakan anak-anak, salah satunya pada Festival Hina Matsuri,” paparnya.

Ningyo sendiri merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang artinya boneka manusia. Dalam pameran ini ditampilkan lebih dari 60 boneka yang terbagi dalam empat bagian yang berbeda. Antara lain boneka untuk mendoakan pertumbuhan anak-anak, boneka sebagai karya seni, boneka sebagai kesenian rakyat, dan persebaran budaya ningyo.

Sejak dahulu, karya seni yang telah lahir sejak zaman atau 794-1185 masehi ini sering digunakan masyarakat jepang sebagai media untuk mendoakan anak-anak agar terhindar dari kesialan serta selalu mendapat kebahagiaan.

Seiring dengan perkembangan zaman, ningyo mulai bergeser menjadi kerajinan tangan yang dapat dinikmati keindahannya. 

Dalam pameran ini, diceritakan perkembangan dan perubahan bentuk ningyo yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat diketahui melalui bentuk ningyo mulai dari bentuk tradisional hingga berbentuk collector figure. Tidak hanya itu, dalam pameran ini juga menampilkan bentuk ningyo dengan ciri khas dari masing-masing daerah di Jepang.

Pada kesempatan ini, Imam juga berharap melalui pameran tersebut mampu memacu mahasiswa untuk menghasilkan produk budaya baru serta membantu menumbuhkan perekonomian.

Selain itu, ia juga berharap bisa terus menjaga hubungan baik dengan Japan Foundation. “Mudah-mudahan pameran ini dapat menginspirasi dan menggelorakan kerja sama Indonesia dengan Jepang,” pungkasnya.