Guntur Romli: Arek Suroboyo Tak Rela Identitasnya Diklaim Anies Muhaimin

foto:  Warga Kota Surabaya, pendukung Calon Presiden Ganjar Pranowo tumplek blek di Lapangan Jeruk, Lakarsantri, Surabaya barat, Minggu (3/9).ist
foto: Warga Kota Surabaya, pendukung Calon Presiden Ganjar Pranowo tumplek blek di Lapangan Jeruk, Lakarsantri, Surabaya barat, Minggu (3/9).ist

Ada momen menarik yang berhasil membetot perhatian publik, saat Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Anies-Imin) mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) di Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan, Kota Surabaya.


Di luar hotel, puluhan kader PDI Perjuangan bersama penyanyi jalanan, seniman dan musisi terlihat riang gembira menyanyikan dukungan ke Ganjar Pranowo, yang diusung PDI Perjuangan sebagai capres penerus Joko Widodo (Jokowi). Para kader yang terdiri dari Banteng-banteng Muda ini, tak canggung meneriakkan yel-yel untuk Ganjar.

Aksi ini dianggap aksi spotan Banteng-banteng Muda PDI Perjuangan, karena identitasnya tak ingin direbut dan diklaim. "Arek-arek Suroboyo tak rela identitasnya direbut dan diambil Anies-Imin. Mereka melakukan kontrapropaganda dengan cara yang asyik dan riang gembira," ujar Ketua Umum Ganjarian Spartan, HM Guntur Romli, dalam pesannya yang diunggah di media sosialnya.

Aksi para Banteng-banteng Muda ini, kata Guntur, seolah-olah ingin menyiratkan pesan jika para Banteng Muda tidak buta, tuli atau bisu. Selain itu, Banteng Muda juga selalu waspada dengan segala upaya infiltrasi politik, permainan persepsi dan propaganda yang "mengancam" teritorinya.

Menurut Guntur, politik adalah permainan persepsi. Jalurnya lewat propaganda. Anies-Imin pilih Surabaya sebagai tempat deklarasi punya tujuan khusus. Mereka sedang kirim pesan, "kami mencengkram Jawa Timur,".

"Identitas Jawa Timur ini yang mau diambil Anies-Imin. Persepsi sedang dibangun. Propaganda dilakukan melalui acara deklarasi di Hotel Majapahit, yang dulu bernama Hotel Yamato. Tempat dimana Arek-arek Suroboyo merobek warna biru bendera Belanda sehingga tinggal merah putih. Ya warna biru, warna Partai Nasdem juga," kata Guntur sembari terkekeh.

Jika Anies-Imin ingin mengambil identitas Jawa Timur, kata Guntur, itu tidak mudah. Sebab pada Pemilu 2019 lalu, PKB bukan lagi partai pemenang. Posisinya sudah digeser PDI Perjuangan, meski selisihnya tidak banyak. PDI Perjuangan meraih 4.319.666 suara, sementara PKB 4.198.551 suara. Sedangkan Nasdem 2.190.169 suara.

Tapi jika bicara Kota Surabaya, ungkapnya, jelas kandang Banteng. Pada Pemilu 2019 PDI Perjuangan meraih 15 kursi. PKB 5 kursi dan Nasdem 3 kursi. 

"Surabaya juga identik dengan Ibu Risma. Wali kota paling tersohor sebagai kader PDI Perjuangan. Wali Kota Surabaya saat ini pun, Mas Eri Cahyadi, juga kader PDI Perjuangan," ungkapnya.

Apa artinya? kata Guntur, Anies-Imin memang masuk kandang Banteng. Hal ini sebenarnya hal biasa dalam politik. Namun acara deklarasi capres dan cawapres tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi ada persepsi yang hendak dibangun.

"Ada propaganda yang sedang disusun. Ini ibarat menempel tulisan capres-cawapres Anies-Imin dipintu masuk kandang Banteng. Sementara PDI Perjuangan sudah solid mendukung Ganjar Pranowo," ujarnya.

Lantas, Guntur mengaku teringat pidato Bung Tomo yang waktu itu menyebut-menyebut nama banteng. "Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga," kata Guntur.


ikuti update rmoljatim di google news