Hukum Sebab Akibat itu Nyata, Musang Berbulu Domba Terulang Kembali

Deklarasi pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar/ist
Deklarasi pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar/ist

MENJELANG pendaftaran Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres). Publik dibuat sontak oleh elite politik. Yakni koalisi perubahan mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sebagai pasangan Capres dan Cawapres. 

Hingga hal tersebut membuat Partai Demokrat kebakaran jenggot. Lalu menyatakan keluar dari koalisi perubahan. Demokrat merasa dikhianati oleh Nasdem. Menurut para kaset Demokrat, Nasdem telah ingkar janji untuk mencalonkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Cawapres pasangan Anies Baswedan. Hingga ini yang membuat Demokrat memutuskan hengkang dari koalisi mendukung pencapresan Anies Baswedan, terlepas dari siapapun Cawapresnya jika bukan AHY.

Kalau kita mau flashback, hal serupa juga pernah dilakukan Drmokrat terhadap PKS dalam pemilu 2009.

Kala itu, Demokrat bersama koalisinya PKS juga membangun komitmen mengusung pasangan SBY dan Hidayat Nurwahid (HNW) sebagai Capres dan Cawapres. Namun mendadak di saat masa pendaftaran sudah dimulai, tepatnya tanggal 15 Mei 2009 di Gedung Sasana Budaya Ganesha kota Bandung, justru SBY menetapkan nama Budiono sebagai pasangan Cawapresnya.

Praktik politik SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat kala itu dinilai oleh para kader PKS keterlaluan, kenapa? karena tidak memberi kesempatan waktu sama sekali kepada PKS untuk mengambil sikap politik atas perubahan sepihak keputusan penetapan Cawapresnya.

Jika dibandingkan, kadar sakit hatinya kader Demokrat atas penetapan Cak Imin sebagai pasangan Cawapres Anies yang disampaikan hampir 2 bulan sebelum jadwal pendaftaran Capres-Cawapres ke KPU, tak ada apa-apanya, dengan sakit hatinya kader PKS atas keputusan SBY kala itu. Mungkin pedihnya tak terkira bagi kader PKS. Karena di Pemilu 2023 ini, Demokrat masih memiliki waktu yang cukup untuk berbalik arah dukungan politiknya, dibandingkan PKS pada 2009 lalu, benar-benar tidak bisa bergerak oleh keputusan SBY yang tak memberi sedikitpun ruang untuk PKS menggunakan potensi politiknya.

Namun hebatnya, baik pengurus maupun kader PKS di tahun 2009 itu tetap istiqomah, sabar dan ikhlas menerima rasa sakit yang ditorehkan SBY, betapapun sakitnya itu di sini, PKS tetap mendukung koalisi Pencapresan SBY, siapapun pilihan Cawapresnya.

Sejarah akan selalu mencatat setiap peristiwa dan seringkali pula membalikan peristiwa serupa kepada para pelakunya, mungkin bisa jadi musang tetap musang dan domba tetap domba atau musang sedang playing victim. Semoga peristiwa sejarah ini jadi pembelajaran.

*Wartawan Ksntor Berita RMOLJatim


ikuti update rmoljatim di google news