Perhelatan Pemilu Serentak 2024 bisa menjadi simalakama bagi calon legislatif (caleg) di daerah jika kandidat capres yang diusung DPP tidak sejalan dengan aspirasi di daerah pemilihan (dapil).
- Faktor Yang Membuat PPP Gagal Ke Senayan Menurut Pengamat
- PKB Juara, PDIP dan Gerindra Salip-Salipan: Hasil Rekapitulasi Suara Pemilu 2024 Jatim
- Lolos Ke Senayan, Dina Lorenza Bangga Dan Terharu
Analisis Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen, fenomena perbedaan pandangan politik kerap terjadi antara daerah dan pusat.
"Caleg seperti menghadapi kondisi simalakama. Fokus pemenangan capres atau amankan posisi calegnya," kata Silaen kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (28/9).
Kondisi tersebut, kata Silaen, rawan terjadi pada basis kepentingan politik daerah yang tidak sama dengan koalisi partai politik di tingkat pusat. Beda cerita jika basis kepentingan pusat dan tingkat lokal sama, maka caleg akan diuntungkan.
"Selalu ada saja ketidaksinkronan antara koalisi capres partai politik dengan basis politik di tingkat lokal. Makanya, tokoh elite lokal yang tarung sebagai caleg lebih condong mengekor gelombang politik lokal agar dapat terpilih," jelasnya.
Oleh sebab itu, Silaen berharap koalisi partai politik bisa memilih capres dan cawapres yang sesuai dengan basis pendukungnya di daerah. Jika dipaksakan berbeda, maka caleg daerah, seperti DPRD Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak seirama dengan koalisi capres partai politiknya.
"Imbas lebih jauh, maka rakyat Indonesia tidak bisa juga diarahkan 100 persen mendukung capres yang satu koalisi partai politik tersebut," tutupnya.
- Parkir Gratis yang Tak Gratis
- Zainal Arifin Ambil Formulir Pendaftaran Bacabup Probolinggo di PDI Perjuangan
- Mas Dhito Resmi Daftar Cabub Kediri di Partai NasDem