Prabowo-Gibran Mampu Hadapi Krisis Global dan Tantangan Bonus Demografi di Era Disrupsi

Acara diskusi publik dengan tema “Menimbang Peluang Prabowo–Gibran di Pilpres 2024” di Pulo-pulo Coffee, Jakarta Selatan, Jumat (3/11)/Ist
Acara diskusi publik dengan tema “Menimbang Peluang Prabowo–Gibran di Pilpres 2024” di Pulo-pulo Coffee, Jakarta Selatan, Jumat (3/11)/Ist

Pilpres 2024 merupakan pertaruhan estafet kebangsaan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. 


Hal itu disampaikan oleh Relawan Muda Kebangsaan Indonesia (Rembuk Indonesia), Arifuddin Hamid dalam diskusi publik dengan tema “Menimbang Peluang Prabowo-Gibran di Pilpres 2024” di Pulo-pulo Coffee, Jakarta Selatan, Jumat (3/11).

“Jika salah dalam memilih pemimpin, maka masa depan bangsa dipertaruhkan. Apalagi dengan kondisi geopolitik regional dan global yang semakin dinamis dan tidak berkepastian, kepemimpinan stratejik adalah keniscayaan,” ungkap Arif dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.

Selain Arif, diskusi ini menghadirkan narasumber lainnya, yakni Mawardin Sidik (Direktur Eksekutif Semar Politik Indonesia), Patriot Muslim (Ketua Bappilu PSI Provinsi DKI Jakarta), Fadli Hanafi (Pengamat Ekonomi), Diskusi tersebut dimoderatori Rahman Azhar.

“Rembuk Indonesia memang sengaja mengangkat topik peluang Prabowo-Gibran karena pasangan ini mewakili dua generasi, dua latar belakang berbeda, dengan pengalaman zaman yang berbeda,” jelas Arif.

“Prabowo dengan pengalaman panjangnya di militer dan birokrasi dan Gibran dengan kepemudaannya adalah pasangan yang serasi dalam menjawab situasi terkini. Kita dihadapkan pada berbagai krisis global, serta tantangan menjawab bonus demografi di era disrupsi. Pasangan ini sudah absah secara politik dan hukum, maka sudah semestinya tidak lagi ada polemik. Saatnya fokus menilai visi dan misinya,” tambahnya.

Di sisi lain, Patriot Muslim menyatakan bahwa kemudaan jangan dianggap tidak mampu memimpin.

“Kita perlu melihat jejak rekam dan portofolio kepemimpinan. Gibran, meskipun muda, telah memiliki pengalaman kepemimpinan yang teruji, kecakapan teknokratik untuk memimpin Indonesia,” kata Patriot.

“Jadi tidak ada yang salah dengan kemudaan, bahkan ini telah menjadi tren global, bahwa anak muda mampu membawa bangsanya maju,” ungkap politisi PSI ini.

Selanjutnya menurut Mawardin, tabungan saldo elektoral Jokowi, gabungan antara publik yang merasa puas terhadap kinerja Presiden Jokowi dan basis pemilihnya di Pilpres 2019 bisa juga ditransfer kepada Prabowo-Gibran.

Namun demikian, Mawardin juga menguraikan tantangan pasangan Prabowo-Gibran yang berpotensi menjadi batu sandungan di Pilpres 2024.

“Tantangan itu merujuk pada kemungkinan adanya penebalan sengatan isu politik dinasti yang dialamatkan kepada Gibran yang notabene anak biologis sekaligus anak ideologis Jokowi,” jelas Mawardin.

Terakhir Fadli Hanafi menyatakan bahwa pemimpin bangsa mendatang punya tantangan di sektor ekonomi. Penguatan UMKM, keberlanjutan energi dan pangan, serta hilirisasi industri adalah perkara yang mesti difokuskan.

“Keberlanjutan pembangunan menjadi sangat perlu agar apa yang telah dicapai sebelumnya semakin baik ke depannya,” pungkas Fadli.