KPK Pastikan Hadir di Sidang Praperadilan Syahrul Yasin Limpo di PN Jaksel

Ali Fikri/RMOL
Ali Fikri/RMOL

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan hadir pada sidang perdana gugatan praperadilan mantan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.


"Informasi yang kami terima, besok Senin (6/11), tim Biro Hukum KPK hadir pada sidang praperadilan dimaksud," kata Jurubicara Bidang Penindakan dan Kelembagaan KPK, Ali Fikri, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu malam (5/11).

Menurutnya, penyidikan yang dilakukan KPK terhadap dugaan korupsi pemerasan terhadap pegawai di Kementerian Pertanian (Kementan) oleh SYL dkk, telah mematuhi semua hukum acara pidana maupun ketentuan lain yang terkait.

"Maka kami sangat yakin permohonan dimaksud sudah selayaknya ditolak," pungkas Ali.

Syahrul Yasin Limpo telah mengajukan gugatan praperadilan ke PN Jakarta Selatan, Rabu (11/10), dengan Nomor Perkara 114/Pid.Pra/2023/PN JKT.SEL terkait sah atau tidaknya penetapan tersangka dalam kasus dugaan korupsi berupa pemerasan terhadap pegawai di Kementan.

Dalam petitumnya, SYL meminta agar hakim mengabulkan permohonan praperadilan untuk seluruhnya, dan menyatakan penetapan tersangka terhadap SYL dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum.

SYL juga meminta agar hakim menyatakan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Nomor Sprind.Dik/121/DIK.00/01/09/2023 tanggal 26 September 2023 dan Sprindik Nomor Sprind.Dik/122/DIK.00/01/09/2023 tanggal 26 September 2023 yang diterbitkan KPK serta status tersangka SYL tidak sah dan batal demi hukum.

Seperti diketahui, SYL bersama tersangka Muhammad Hatta (MH) selaku Direktur Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Kementan resmi ditahan KPK pada Jumat (13/10). SYL sendiri ditangkap pada Kamis malam (12/10).

Tersangka lainnya, Kasdi Subagyono (KS) selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan, terlebih dulu ditahan, sejak Rabu (11/10).

Sebagai bukti permulaan perkara dugaan pemerasan terhadap pejabat di Kementan serta dugaan penerimaan gratifikasi, SYL bersama Hatta dan Kasdi diduga menerima uang Rp13,9 miliar.

Uang itu berasal dari pungutan terhadap ASN di Kementan dengan paksaan dan ancaman akan dimutasi, jika tidak menyetor uang yang diminta, sebesar 4 ribu Dolar AS hingga 10 ribu Dolar AS setiap bulannya.

SYL sendiri juga ditetapkan sebagai tersangka Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). KPK menemukan aliran penggunaan uang sebagaimana perintah SYL yang ditujukan untuk kepentingan Partai Nasdem, dengan nilai miliaran rupiah.

Penerimaan uang digunakan SYL untuk pembayaran cicilan kartu kredit, cicilan mobil Alphard, perbaikan rumah pribadi, tiket pesawat untuk keluarga, hingga pengobatan dan perawatan wajah bagi keluarga bernilai miliaran rupiah.

Tak hanya itu, KPK juga menemukan penggunaan uang lain oleh SYL bersama Kasdi dan Hatta, serta sejumlah pejabat di Kementan, untuk ibadah umroh dengan nilai miliaran rupiah.