Perdebatan di kalangan elite dengan menggunakan stempel rezim-rezim lama justru menggambarkan bahwa substansi politik belum terjamah. Semua masih berkutat pada wilayah simbolik.
- 100 Tokoh Deklarasi Tolak Hasil Pilpres, Fahri Hamzah: Jumlah 100 Orang Itu Gak Sampai 1 TPS
- Fahri Hamzah Minta Anggaran untuk Partai Oposisi Harus Ditambah
- Fahri Hamzah Sebut Paslon 01 akan Jadi Tersangka Hanya Gimmick untuk Dongkrak Partai Gelora
Begitu kata Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menanggapi ramainya perdebatan mengenai zaman Orde Baru yang kembali diungkit elite politik tanah air.
“Masih berputar-putar di wilayah simbolik. Tentu ini sangat perlu untuk disesalkan,” tuturnya lewat akun media X, Rabu (29/11).
Semua itu, sambung Fahri, memang menggambarkan kualitas dari demokrasi Indonesia yang sangat didominasi oleh para pimpinan partai politik. Mereka tidak kunjung membawa politik masuk ke dalam isu-isu yang penting bagi masa depan generasi mendatang.
Kesulitan untuk keluar dari pesan-pesan simbolik tentang masa lalu dan keterjebakan Indonesia dalam politik aliran dan ideologi, dapat dianggap sebagai penegasan tentang kentalnya polarisasi politik. Padahal semua pihak sudah sepakat bahwa polarisasi harus ditinggalkan.
“Tapi di sisi yang lain juga menggambarkan betapa sulitnya merumuskan satu narasi kebangsaan yang dapat meninggalkan kita dari jeratan dan jebakan politik masa lalu, yang tidak baik untuk diteruskan,” tutupnya dimuat Kantor Berita Politik RMOL.
- 100 Tokoh Deklarasi Tolak Hasil Pilpres, Fahri Hamzah: Jumlah 100 Orang Itu Gak Sampai 1 TPS
- Fahri Hamzah Minta Anggaran untuk Partai Oposisi Harus Ditambah
- Fahri Hamzah Sebut Paslon 01 akan Jadi Tersangka Hanya Gimmick untuk Dongkrak Partai Gelora
