Kota Pintar Memaksa Ponsel Tetap Menyala 

Lely Yuana/Ist
Lely Yuana/Ist

DUNIA sibuk berkembang bersama teknologi. Beberapa kota besar dibangun secara digital farming. Proses tanam modernisasi ini bertujuan membentuk peradaban maju pada era kelahiran smart city besutan IBM. 

Kota cerdas (smart city) memanfaatkan teknologi informasi dalam menjalankan roda kehidupan.

Kota ini menerapkan prinsip-prinsip smart living, smart government, smart economy, smart environment, smart mobility dan smart people mengutip Binus.ac.id Malang dalam artikel bertajuk "Sejarah dan Konsep Smart City dalam Dunia Teknologi Informasi Computer Science".

Kepemilikan smartphone jadi kunci. Satu-satunya peralatan dalam genggaman sebagai indikator yang mengintegrasikan pertumbuhan teknologi.

Jauh hari media sosial telah menjadi ladang uji coba koneksitas antar masyarakat dan budaya. Internet adalah motornya. Sebagaimana Zuck mengadopsi data Facebook ke dalam Meta dan menumbuhkan imajinasi kelahiran piranti berbasis artificial inteligence

Zuck tak sendiri. Ada bos X- Elon Musk, sesama pendiri perusahaan tekno bersaing dan juga berkolaborasi membangun masyarakat digital secara terstruktur dan massif. Belum lagi Cina dengan TikToknya. Lantas, berapa juta pengguna ponsel di Indonesia saat ini?

Jumlah ponsel aktif di Indonesia saat ini mencapai 354 juta perangkat merujuk analisa data Google dalam survei terbarunya Think Tech, Rise of Foldables: The Next Big Thing in Smartphone pada 2023 dikutip Kompas 20 Oktober 2023: Ada 354 Juta Ponsel Aktif di Indonesia, Terbanyak Nomor Empat Dunia.

Angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah ponsel yang terkoneksi internet (celluler mobile connections) yang dipublikasikan Data Reportal pada Januari 2023.

Sementara Data We Are Social menunjukkan bahwa proporsi penggunaan internet melalui mobile atau ponsel seluler di Indonesia mencapai 98,3% per Januari 2023 lalu.

Proporsi itu bahkan lebih tinggi ketimbang rerata dunia dengan proporsi penggunaan internet di ponsel yang sebesar 92,3% dari Data Boks 22 September 2023: Proporsi Penggunaan Internet Lewat Ponsel RI Lebih Tinggi dari Rerata Dunia.

Satu sisi, hal itu membuat proporsi penggunaan internet lewat komputer seperti di laptop, desktop, atau tablet di Indonesia lebih rendah ketimbang lewat ponsel.

Indonesia sebagai negara berkembang tak lepas dari bidikan para penguasa teknologi. Pasar empuk untuk produk gagasan penemu berkebangsaan Amerika. Konsep itu bernama smart city.

Konsep smart city telah menjadi isu besar di berbagai penjuru dunia saat ini. Konsep ini pada awalnya diciptakan oleh perusahaan IBM pada tahun 1990-an setelah sebelumnya sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city

IBM menggambarkan smart city sebagai kota yang setiap instrumennya saling berhubungan dan berfungsi secara cerdas. 

Pengertian ini kemudian meluas dan memberikan jaminan untuk membuat semakin banyak kota di seluruh dunia memiliki konsep yang cerdas.

Smart city mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembangunan dan pengelolaan kota untuk meningkatkan kualitas hidup warganya. Tak terkecuali di Kota Surabaya sebagai kota metropolitan runner up di Indonesia.

Apakah itu hanya utopis belaka?

Ternyata, Boyd Cohen-penemu gagasan besar ini bukan hanya seorang pemimpi. Berdasarkan literatur, ia telah melakukan penelitian mengenai smart city sejak tahun 2011.

Cohen mencoba untuk memahami konsep dari smart city ini, serta mengamati transformasi beberapa kota yang telah mengimplementasikannya. 

Hasilnya, ia telah menyimpulkan tiga fase penting yang berbeda tentang tahap-tahap ketika teknologi mulai diimplementasikan dalam pembangunan kota. 

Cohen mengamati dari masa di mana teknologi hanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar, saat pemerintahan mulai digerakkan oleh teknologi, dan terakhir ketika warga masyarakat digerakkan oleh teknologi dalam hidup sehari-hari. Hal inilah yang kemudian memunculkan istilah smart city 1.0, 2.0, dan 3.0 hingga 4.0.

Smart city telah menjadi landasan kota maju di dunia. Indonesia menggaungkan gerakan 100 smart city sebagai program kolaboratif antar kementerian.

Ada Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan. 

Gerakan tersebut bertujuan membimbing setiap daerah dalam menyusun masterplan smart city agar bisa lebih memaksimalkan pemanfaatan teknologi, baik dalam meningkatkan pelayanan masyarakat maupun mengakselerasikan potensi yang ada di masing-masing daerah.

Menurut pakar smart city Winarno, konsep smart city juga menerapkan lingkungan yang lebih lestari karena konsep penganturan limbah dan pengelolaan air yang lebih maju. 

Tujuan kota pintar juga bagai mana dapat mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin, menarik investor agar berinvestasi di kota ini, kemudian menarik penghuni baru, dari kalangan baik profesional, akademisi, maupun usahawan. Kota ini lahir sebagai daya tarik.

Relaksasi Smart City 

Namun demikian, muncul banyak pertimbangan penting sebelum smart city benar-benar diterapkan secara utuh. Meliputi analisa dampak dan menyesuaikan kearifan lokal setempat.

Sebetulnya smart city juga memerlukan relaksasi atau peregangan pada bagian-bagian tertentu untuk menjaga ekonomi tradisi. Relaksasi bukan untuk menghambat cita-cita kota cerdas, tapi sebuah langkah penyesuaian sebagai win-win solution. Menunjukkan juga pemerintahan cerdas dalam mengelola permasalahan.

Contoh kasus adalah penerapan parkir berbasis QRIS di Kota Surabaya baru-baru ini. Pertama, sejumlah pihak seperti juru parkir kontra atas proses ambil alih pekerjaan mereka. 

Kedua, infrastruktur charging station belum begitu memadai. Sementara koneksitas QRIS hanya bisa mengandalkan ponsel ketika tetap menyala.

Untuk sementara waktu sembari melakukan sosialisasi, pemerintah kota perlu memperbanyak area colokan charger agar saat membayar parkir tak terhambat. Sedangkan tradisi juru parkir yang telah mengakar dari puluhan tahun juga perlu didengar. Misal, bagaimana mereka mendapat pilihan baru menjadi pengawas dengan gaji dari pemerintah. Jangan sampai kemudian seperti nasib para angkutan kota (lyn) yang hidup segan mati tak mau karena keniscayaan hadirnya teknologi baru. Masyarakat sejahtera yang hidup di dalam ekosistem smart city bukan hanya utopis belaka.

*Mahasiswa Digital Broadcasting Journalism STIKOSA AWS Surabaya