Pelabelan cebong dan kampret bagi para pendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto, diprediksi baru akan mencair saat kepemimpinan presiden pemenang berakhir di 2024.
- Kerumunan Jokowi Di Maumere, Penindakan Pelanggar Prokes Hanya Berlaku Pada Lawan Politik
- Dibanding Saipul Jamil, KPI Harusnya Larang Koruptor Tampil di TV
- Dewan Pers dan Mabes Polri Sepakat Cegah Polarisasi di Pemilu 2024
Pandangan tersebut beralasan. Baginya, label cebong bagi pendukung Jokowi-Maruf dan kampret bagi pendukung Prabowo-Sandi akan tetap tumbuh seiring keterbukaan era digitalisasi.
"Fenomena itu sudah melekat dengan hadirnya era digital demokrasi, dimana partisipasi kritik dan sejenisnya akan dengan mudah muncul melalui media sosial," paparnya.
Di sisi lain, saat disinggung soal rekonsiliasi yang kerap didorong oleh berbagai pihak, Direktur Eksekutif Center for Social, Political, Economic, and Law Studies (CESPELS) ini tak yakin jika pertemuan Jokowi-Prabowo akan mendinginkan suhu politik.
Sebab baginya, tingginya suhu politik tak hanya dipengaruhi oleh figur yang berkontestasi, melainkan sistem politik yang diterapkan.
"Kondisi sosial politik tensinya akan tetap naik turun seiring belum hilangnya keterbelahan masyarakat akibat undang-undang politik dan sistem Pemilu yang sangat liberalistik," demikian Ubedilah.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Cegah Kerawanan Pemilu, Humas Polri Diminta Siaga 24 Jam
- Cegah Mobilisasi Aparat untuk Kepentingan Kelompok, Kapten Liga AMIN Berharap Penyelenggara Pemilu Tetap Netral
- Pemerintah Siapkan 3.000 Rumah Subsidi untuk Tim Penyuluh BKKBN