. Seiring tertangkapnya petinggi parpol dan pejabat penyelenggara negara, mengindikasikan jika negeri ini sudah dan sedang berlangsung perdagangan pengaruh (trading in influence).
- Pengamat: Apakah Ahok Menolak karena Bukan Perusahaan Mobil China yang Diakuisisi?
- Eri Cahyadi Pastikan Warga Surabaya yang Berobat Cukup Tunjukkan KTP
- Survei SRS: Elektabilitas Ganjar, Prabowo dan Anies Selisih Tipis
Sebut saja Irman Gusman dari DPD, serta Luthfi Hasan Ishaaq dari PKS, dan terakhir adalah Rommy dari PPP.
"Lihat saja ada kebijakan import, jual beli jabatan yang ujung-ujungnya ada petinggi parpol yang dibui".
Wahyudi Winaryo menduga jika perdagangan pengaruh dipicu oleh minimnya integritas para elite politik. Apalagi, lanjutnya, hampir semua jabatan penting harus melewati uji kelayakan dan kepatutan di DPR RI yang notabene terdiri dari elite parpol.
Di ruang itulah, masih kata Wahyudi, berpotensi melahirkan praktek 'kongkalikong'.
"Jadi dagang pengaruh itu mengindikasikan gagalnya partai politik menjalankan fungsi rekrut dan kaderisasi dan pendidikan politik."
Diakuinya, membenahi situasi seperti ini adalah hal yang berat. Persoalan sudah berkelit sehingga sulit menemukan darimana perbaikan dan pembenahan diawali. [aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- PKS Dukung RUU Perampasan Aset Sebagai Upaya Sistematis Pemberantasan Korupsi
- Wali Kota Probolinggo Tegas Melarang Pegawainya Menerima Parsel Dan Mudik Gunakan Mobdin
- MUI Desak OKI Gelar Pertemuan Darurat Bahas Langkah Strategis Penyelesaian Konflik di Gaza