Saat ini, Indonesia dan dunia tengah dihadapkan dengan hepatitis ‘misterius’ atau hepatitis akut, dimana virus ini tidak terdeteksi pada virus hepatitis A, B, C, D, maupun E.
- Diduga Terpapar Hepatitis Akut, Lima Warga Jakarta Meninggal Dunia
- Di Jakarta Ternyata Sudah Ada 14 Kasus Hepatitis Akut Berat
- Hepatitis Akut Berat Masuk Indonesia, Puan Imbau Ibu-ibu Jaga Kesehatan Makanan Anak
Virus yang menyerang anak di bawah 16 tahun, terutama di bawah 5 tahun ini dilaporkan telah memakan beberapa korban anak di Indonesia. Badan Kesehatan dunia atau WHO juga telah menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang belum diketahui ini.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, pada rapat bersama dengan Komisi D DPRD Kota Surabaya (10/5) mengklarifikasi bahwa di Kota Surabaya belum terlaporkan adanya kasus hepatitis akut tersebut.
Namun sebagai langkah preventif, Tjutjuk Supariono selaku Ketua Fraksi PSI Surabaya mendorong agar Dinkes bersama dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya dapat mensosialisasikan dan persiapan UKS di sekolah, khususnya TK/PAUD sampai SMP di Kota Surabaya terkait dengan hepatitis akut ini, mengingat virus ini banyak menyerang anak di bawah 16 tahun.
“Sosialisasi terkait hepatitis akut ini perlu dilakukan di sekolah-sekolah, sebab saat ini anak-anak kita sudah mulai menjalani PTM. Yang menyebabkan hepatitis akut ini menjadi problem yang serius karena penularannya yang cepat," kata Tjutjuk, kepada Kantor Berita RMOLJatim, Rabu, (11/5)
"Usahakan saat ini anak diminta membawa makanan dari rumah untuk menjamin makanannya bersih. Biasanya saat istirahat anak-anak senang berbagi makanan, tapi kali ini dilarang berbagi alat makan. Sementara bagi sekolah berasrama, petugas katering harus lebih ketat untuk kebersihan alat makan dan penyajiannya. Apalagi masa pandemi Covid-19 kantin sekolah ditutup, saya rasa lebih mudah untuk sosialisasi kepada anak-anak," terang Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya tersebut.
Untuk itu, sosialisasi berikut dengan pencegahan hepatitis akut, lanjutnya, juga perlu dilaksanakan di sekolah, tidak hanya di rumah sakit dan puskesmas. Hal ini diharapkan agar anak serta orang tua juga mengerti dan sadar terhadap virus ini.
"Saya juga mengusulkan agar UKS dapat terintegrasi dengan puskesmas, sehingga apabila terdapat siswa yang menunjukkan gejala hepatitis akut di sekolah, pihak sekolah dapat langsung merujuk siswa ke puskesmas terdekat. Untuk rapat selanjutnya, kami juga akan mengundang Dispendik terkait langkah koordinasi ini” ujar Tjutjuk.
Berkaitan dengan informasi yang beredar di masyarakat terkait hubungan virus ini dengan Covid-19, Dinkes menegaskan bahwa virus ini tidak ada hubungannya dengan virus maupun vaksin Covid-19.
“Itu hoax. Pada saat rapat, Dinkes sudah menegaskan bahwa virus ini tidak ada kaitannya dengan Covid-19. Berikut juga terkait dengan imunisasi dasar lengkap. Di Kota Surabaya, capaian imunisasi dasar lengkap sudah mencapai 96,9% dari target 93%. Namun karena virus ini tidak terdeteksi pada hepatitis A sampai E, maka tentu imunisasinya belum ada” terang Tjutjuk.
“Sebagai langkah pencegahan, saya menghimbau kepada masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, cuci tangan sebelum makan, memastikan makanan matang, serta tidak menggunakan alat makan bersama. Yang terpenting adalah terus menjaga kebersihan. Dengan cara ini, semoga kita semua dapat terhindarkan dari virus akut ini” tutup Tjutjuk.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Gelar Kopdarsus, PSI Surabaya Bertekad Eri Cahyadi-Armuji Menang Spektakuler
- Bro Richard Kembalikan Formulir, Plt Ketua PSI Surabaya Salut Anak Muda Peduli Surabaya
- Diantar Belasan Pelajar, Advokat Bro Richard Daftar Bakal Calon Wakil Wali Kota di PSI Surabaya