- Prabowonomics vs Dengism: Catatan atas Kuliah Raymond Thomas Dalio
- Ketidakpuasan terhadap Kinerja Pembangunan di Usia Lanjut
- Bukan Dia yang Berubah, Kacamatamu yang Berganti Warna
DI suatu negeri para biksu, seekor keledai ingin turun gunung. Seorang biksu menuntunnya turun setelah barang bawaannya patung Budha dan lainnya dibawa di punggung keledai.
Setiba di keramaian, keledai kaget banyak orang mengambil posisi menyembah kepada keledai. Setelah awalnya bingung, akhirnya keledai berbangga diri, betapa dihormati bahkan disembah dirinya.
Keledai kembali ke gunung dengan prestise dan keangkuhan baru. Hingga ketika ada keramaian gong dan gendang suara rombongan pernikahan, keledai sengaja mendekat dan menghalangi.
Harapannya orang-orang akan menghormati dan menyembahnya seperti saat ia turun gunung. Tetapi apa yang terjadi ? Keledai itu justru dipukuli hingga luka karena menghalangi jalan.
Keledai mengadukan atas sikap berbeda orang-orang kepadanya. Biksu menerangkan bahwa sebelumnya orang menyembah itu karena di punggung keledai ada patung Budha.
Mereka bukan menyembah keledai tetapi menyembah apa yang ada di punggung keledai. Nah ketika tidak ada sesuatu di punggung keledai itu, maka keledai pun dipukuli atas keangkuhannya.
Begitulah perumpamaan kekuasaan. Seorang Raja atau Presiden didekati, dihormati, bahkan disembah, karena kekuasaan di punggungnya. Bukan personal Raja atau Presiden itu sendiri.
Ketika Raja atau Presiden itu sudah tidak berkuasa lagi, maka, jika dia tidak berubah karakter, pasti akan dipukuli oleh rakyatnya. Raja atau Presiden yang dungu seperti keledai.
Rezim atau pemerintahan siapapun, termasuk rezim Jokowi mesti menyadari akan hal ini. Partai, pengusaha, buzzer, juga aparat semua mendekat dan nyaris menyembah karena kekuasaan yang ada dalam genggaman, bukan karena profil diri yang bisa saja tidak ada apa apanya. "Siapa loe", kata anak sekarang.
Oleh karena itu saat berkuasa, santunlah dan merakyat dalam arti sesungguhnya, jangan angkuh sok kuasa, merasa bisa menentukan jaya dan bangkrut usaha, menghukum sekehendaknya serta melindungi penjahat hanya karena dekat.
Jika demikian, maka sebagaimana hukum kekuasaan yang berlaku, bukan mustahil jika besok kepada penguasa itu akan dikatakan bahwa engkau itu bukan siapa-siapa, pribadi hina yang akan dipaksa untuk berwajah memelas.
Rakyat akan memukuli dengan geram sebagai akibat dari sikap yang tak pernah mau berkaca diri.
“Tu stultus es, tu asinus!”. Engkau bodoh, dasar keledai!
M. Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Kebangsaan
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kanker Prostat
- Kasus Ade Armando dan Mandulnya Keterwakilan Politik
- "Teror" Pada Pengusaha